Sejarah Kota Bandung

Wilayah Kota Bandung dan sekitarnya pada awalnya merupakan sebuah danau purba yang kemudian dikenal sebagai Danau Bandung Purba.

CJ-00012 Kamis, 23 Mei 2024 15:21
Kota Bandung sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat
Kota Bandung sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat

Bandung; Kota Bandung berdiri pada 25 September 1810. Tumenggung Wiraangunangun atau Ki Astamanggala merupakan Bupati Bandung pertama (1632–1681).

 

Pada tahun 1844, penduduk di Kota Bandung mencapai 11.054 jiwa.
Wilayah Kota Bandung dan sekitarnya pada awalnya merupakan sebuah danau purba yang kemudian dikenal sebagai Danau Bandung Purba.

 

Sektor pendidikan kembali berkembang di daerah Bandung dengan dibukanya Sekolah Pendidikan Pegawai Bumiputera atau OSVIA pada tahun 1879.

 

Pada sektor transportasi, pembangunan jalan kereta api yang menghubungkan Batavia-Bandung melalui Bogor dan Cianjur berhasil dirampungkan dan diresmikan tanggal 17 Mei 1884.

 

Kota Bandung sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat resmi berdiri pada tanggal 25 September 1810. Sebagai kota metropolitan, Bandung memiliki sejarah panjang sejak masa Kerajaan Mataram hingga zaman kolonial. Kabupaten Bandung dan Kota Bandung.

 

Sementara jika dilihat dari legendanya, nama Bandung itu berasal dari kendaraan air yang dipakai oleh pendiri kota itu, yakni RA. Wiranatakusumah II. 

 

Menurut legenda, bupati ke-6 Bandung itu sering memakai kendaraan air untuk menyusuri Sungai Citarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten baru, agar bisa menggantikan ibukota lama, Dayeuhkolot. Bentuk kendaraan airnya berupa dua perahu yang diikat secara bersamaan, namanya adalah perahu Bandung.

 

Bandung sebagai sebuah wilayah baru mengalami perkembangan yang cukup lambat. Kondisi ini tidak terlepas dari kebijakan Gubernur Jenderal G.A. Baron Van der Capellen yang menutup Karesidenan Priangan bagi orang Eropa dan China.

 

Kebijakan ini dikeluarkan pada 9 Januari 1821 yang tertuang dalam Staatsblad atau Lembar Negara Nomor 6 Tahun 1821. Ini dilakukan agar Pemerintah Hindia Belanda dapat mengontrol perkebunan kopi sepenuhnya di Karesidenan Priangan.

 

Kebijakan ini turut berdampak pada minimnya jumlah penduduk di wilayah Bandung. Pada tahun 1844, penduduk di Kota Bandung masih mencapai 11.054 jiwa yang terdiri dari 11.000 penduduk asli dan 54 orang penduduk dari bangsa lainnya seperti China, Arab, dan bangsa Eropa.