Museum Pos Indonesia: Menelusuri Jejak Komunikasi Nusantara

Museum Pos Indonesia yang berlokasi di Jalan Cilaki Kota Bandung, didirikan pada tanggal 27 September 1931. Awalnya dikenal sebagai Museum PTT (Pos, Telepon, dan Telegraf).

CJ-00261 Senin, 10 Juni 2024 11:35
Museum Pos Indonesia di Jalan Cilaki Kota Bandung
Museum Pos Indonesia di Jalan Cilaki Kota Bandung

Museum Pos Indonesia yang berlokasi di Jalan Cilaki Kota Bandung, didirikan pada tanggal 27 September 1931. Awalnya dikenal sebagai Museum PTT (Pos, Telepon, dan Telegraf).

Awalnya Museum ini bertujuan mengumpulkan dan melestarikan berbagai benda bersejarah yang berkaitan dengan perkembangan teknologi komunikasi di Hindia Belanda. 

Pada masa kolonial, pos, telepon, dan telegraf memegang peranan vital. Oleh karena itu, artefak yang dikumpulkan pada periode awal pendirian museum ini sebagian besar berasal dari era kolonial, termasuk perangkat telegraf kuno, mesin ketik, dan berbagai peralatan pos lainnya. Koleksi ini memberikan gambaran bagaimana sistem komunikasi berkembang di bawah pemerintahan kolonial Belanda.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Museum PTT mengalami perubahan signifikan. Pemerintah Indonesia yang baru menyadari pentingnya melestarikan sejarah nasional, termasuk sejarah komunikasi. 

Pada masa ini, banyak artefak baru ditambahkan ke dalam koleksi museum, mencakup periode perjuangan kemerdekaan dan perkembangan pos, telepon, dan telegraf di era awal kemerdekaan.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi telekomunikasi semakin pesat, dan fungsi museum mulai difokuskan hanya pada sejarah pos. 

Pada tahun 1983, nama museum resmi diubah menjadi Museum Pos Indonesia. Perubahan ini menandakan fokus baru pada pengumpulan, pelestarian, dan pameran benda-benda yang berhubungan dengan sejarah pos di Indonesia, serta penghapusan unsur telepon dan telegraf dari koleksi utama.

Koleksi Prangko

Salah satu daya tarik utama Museum Pos Indonesia adalah koleksi prangkonya yang sangat lengkap. Museum ini memiliki ribuan prangko dari berbagai periode, mulai dari prangko-prangko awal yang diterbitkan pada masa kolonial hingga prangko-prangko modern.

Koleksi ini tidak hanya mencakup prangko-prangko dari Indonesia, tetapi juga dari berbagai negara di seluruh dunia.

Museum ini juga menyimpan banyak surat bersejarah yang ditulis oleh tokoh-tokoh penting Indonesia. Beberapa surat ini memberikan wawasan mendalam tentang kehidupan pribadi dan perjuangan para pahlawan nasional. Misalnya, surat-surat yang ditulis oleh R.A. Kartini dan Bung Karno memberikan perspektif yang unik tentang perjuangan mereka untuk kemerdekaan dan reformasi sosial.

Selain prangko dan surat, museum ini juga memiliki koleksi peralatan pos kuno. Ini termasuk berbagai macam alat yang digunakan untuk memproses dan mengirim surat dan paket, seperti timbangan surat, stempel pos, dan kotak surat. 

Dirancang dengan gaya arsitektur kolonial yang khas, bangunan ini memberikan atmosfer yang unik dan memikat bagi pengunjung. Struktur bangunan yang megah dan klasik ini telah menjadi saksi bisu perkembangan sejarah komunikasi di Indonesia selama hampir satu abad.

Sejak didirikan, Museum Pos Indonesia telah berperan penting dalam edukasi publik. Museum ini secara rutin menyelenggarakan pameran, tur edukasi, dan seminar untuk meningkatkan kesadaran tentang sejarah pos di Indonesia. 

Program-program edukasi ini dirancang untuk berbagai kelompok usia, mulai dari anak-anak sekolah hingga peneliti dan sejarawan.