Berisiko, Merantau ke Kota Tanpa Bekal Memadai Setelah Idulfitri

Idulfitri atau Lebaran 1445 Hijriah telah berlalu, masyarakat kembali beraktivitas sebagaimana biasanya. Selain silaturahmi dan oleh-oleh mudik, masa setelah Idulfitri erat dengan arus urbanisasi.

CJ-00081 Senin, 22 April 2024 15:36
Urbanisasi Setelah Lebaran
Urbanisasi Setelah Lebaran

Idulfitri atau Lebaran 1445 Hijriah telah berlalu, masyarakat kembali beraktivitas sebagaimana biasanya. Selain silaturahmi dan oleh-oleh mudik, masa setelah Idulfitri erat dengan arus urbanisasi. 

Masyarakat dari pedesaan berangkat ke kota besar untuk mengadu peruntungan. Kota Bandung sebagai kota jasa memiliki daya tarik tersendiri sebagai tujuan urbanisasi. 

Urbanisasi bukan hal terlarang. Sejauh ini, juga belum terdengar ada pemerintah daerah yang menerbitkan aturan berkenaan dengan larangan perpindahan masyarakat pedesaan ke kota bersangkutan. 

Pemerintah Kota Bandung -melalui Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil)- melaksanakan upaya tahunan selepas Idulfitri, yakni mendata penduduk pendatang yang akan tinggal sementara atau tak menetap di Kota Bandung. Menurut Kepala Disdukcapil Kota Bandung Tatang Muchtar, becermin dari imbauan simpatik sebelumnya, kebanyakan penduduk pendatang ke Kota Bandung setelah Idulfitri untuk keperluan pekerjaan atau pendidikan. 

Kerap mengemuka pernyataan dari para pejabat pemerintah daerah maupun pusat, sebaiknya masyarakat dari pedesaan membawa bekal keterampilan saat merantau ke kota besar. Tujuannya, masyarakat dari pedesaan itu tak luntang-lantung di kota. 

Sementara itu, sama seperti kota besar lainnya, masih ada persoalan pengangguran di Kota Bandung. Berdasarkan data Pemkot Bandung, tingkat pengangguran berada di angka 8,83% pada 2023. 

Tanpa bekal keterampilan, masyarakat dari pedesaan yang pindah ke Kota Bandung malah akan menambah jumlah pengangguran. Hal itu pun berpotensi menimbulkan dampak pada bidang lain. 

Mengutip artikel berjudul "Pakar Tata Kota ITB: Mudik Lebaran, Ketika Tradisi Bertemu dengan Masalah Urbanisasi" pada laman www.itb.ac.id, Pakar Tata Kota dari Kelompok Keahlian Sistem Infrastruktur Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung (SAPPK ITB), Dr. I Gusti Ayu Andani, S.T., M.T., menyatakan fenomena mudik sangat erat dengan proses urbanisasi. Hal itu turut dipengaruhi oleh pembangunan yang terpusat di kota-kota besar yang menarik penduduk dari berbagai wilayah untuk mencari pekerjaan dan peluang ekonomi yang lebih baik. 

Hal tersebut akhirnya menciptakan konsentrasi penduduk di area perkotaan. Urbanisasi yang cepat dan tidak terkendali dapat menyebabkan tekanan besar pada infrastruktur kota, termasuk sistem transportasi. 

"Mudik dalam skala besar menambah tekanan ini karena sistem transportasi harus menangani volume pergerakan orang yang jauh lebih tinggi dalam waktu singkat," ujarnya dalam keterangan tertulis Kamis (4/4/2024).*