Telusur Pedestrian Meresapi Keindahan Sejarah Bandung yang Terlupakan

Telusur Pedestrian komunitas pencinta sejarah di Kota Bandung yang mengeksplorasi tempat dan bangunan heritage, komunitas ini turut berkontribusi dalam melestarikan warisan budaya kota Bandung.

CJ-00024 Kamis, 25 April 2024 07:46
Kegiatan Telusur Pedestrian saat mengeksplorasi daerah Cipaganti Bandung (ist)
Kegiatan Telusur Pedestrian saat mengeksplorasi daerah Cipaganti Bandung (ist)

Berangkat dari rasa cinta yang mendalam terhadap sejarah, Malia Nur Alifa, perempuan kelahiran Bandung, 8 Februari 1986 membentuk Telusur Pedestrian, sebuah komunitas yang berdedikasi untuk menggali sejarah Kota Bandung melalui jejak-jejak kuno yang tersembunyi di sudut-sudut kota.

 

Malia mengaku bahwa sejak kecil ia sudah tertarik terhadap warisan budaya dan sejarah kota tempatnya tinggal, Bandung.

 

“Bandung bukan hanya sekedar tempat tinggal tapi merupakan tempat yg indah untuk di jelajahi masa lalunya, karena terdapat banyak kisah menarik,” ungkapnya.

Dari belajar mandiri secara konsisten hingga akhirnya ia memutuskan untuk mendirikan komunitas Telusur Pedestrian.

 

“Semoga komunitas ini menjadi  wadah bagi teman-teman dan warga Bandung yang memiliki minat yang sama,” tuturnya, Selasa 23 April 2024.

 

Menurutnya, melalui pemahaman akan sejarah, kita dapat belajar banyak tentang masa lalu dan menggunakan pengetahuan itu untuk membentuk masa depan yang lebih baik.

 

Telusur Pedestrian tidak hanya berfokus pada lokasi-lokasi sejarah yang sudah dikenal oleh banyak orang, tetapi juga objek-objek yang jarang terjamah oleh wisatawan. Dari Bandung hingga Lembang setiap kisah yang terdapat di daerah ini menjadi bahan eksplorasi yang mendalam bagi anggota komunitas yang bergabung.

 

“Kami mengadakan kegiatan bisa sebulan sekali dan pesertanya tidak hanya dari Bandung, banyak yang dari Jakarta juga. Kami sudah ke beberapa objek sejarah di Kota Bandung dan Lembang, namun jarang di ketahui oleh kebanyakan orang, seperti yang akan datang, kami akan menelusuri jalur peredaran candu. ada rencana juga akan ke Kota Gede mencari jejak suku kalang dan akan ke kawasan Lasem,” tandasnya.

 

Melalui survey lapangan, wawancara dengan narasumber sejarah, dan penelitian intensif, Telusur Pedestrian berusaha untuk mendokumentasikan sejarah hidup kota Bandung dan berbagi pengetahuan tersebut kepada masyarakat luas.

 

“Tujuan utama dari kegiatan Telusur Pedestrian adalah untuk menyebarkan kesadaran akan pentingnya melestarikan warisan budaya dan sejarah lokal. Dengan menggalang minat masyarakat untuk bergabung dalam kegiatan komunitas, saya berharap dapat meningkatkan rasa cinta dan tanggung jawab terhadap kota Bandung dan warisannya,”paparnya.

 

Melalui pengumpulan data, riset lapangan, dan publikasi buku-buku sejarah lokal, Telusur Pedestrian berkontribusi dalam upaya memperkuat identitas kultural kota Bandung dan melestarikan warisan budayanya untuk generasi mendatang.

 

Malia juga telah menerbitkan beberapa buku yang berisi hasil penelitiannya tentang sejarah Kota Bandung. Perjalanan pembuatan buku-buku ini dimulai dari data riset lapangan yang diperoleh dari wawancara lisan dengan para narasumber sejarah selama 12 tahun.

 

“Kewajibannya saya sekarang adalah menuliskan hasil riset tersebut satu per satu agar bisa menjadi acuan data untuk para pegiat sejarah lainnya” ucapnya.

 

Melalui Telusur Pedestrian, Malia Nur Alifa berharap agar masyarakat Bandung lebih peduli dan menghargai sejarah kota mereka.

 

“Dengan memahami kawasan tempat tinggal kita dengan baik, saya percaya bahwa akan timbul rasa sayang dan tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan warisan budaya kota Bandung. Dengan memulai dari lingkungan terkecil, saya yakin bahwa kesadaran bersejarah ini akan menyebar luas dan menciptakan efek domino yang positif dalam melestarikan cagar budaya kota Bandung,” ungkapnya.

 

Sebagai salah satu penggiat komunitas sejarah di Bandung, Malia Nur Alifa terus menginspirasi dan menggerakkan orang-orang untuk mempelajari dan menghargai sejarah tempat mereka tinggal, khususnya Bandung yang memiliki banyak kisah dan sejarah namun terkadang terlupakan. (Tiwi Kasavela)