Sejarah Singkat Nama Gedung Sate, Yang Kini Jadi Kantor Gubernur Jawa Barat

Gedung Sate merupakan bangunan tua yang ikonik di kota Bandung. Sejak 1980 hingga saat ini bangunan yang terletak di Jalan Diponegoro nomor 22 Kota Bandung, di fungsikan sebagai kantor Gubernur Jawa Barat

CJ-00066 Minggu, 28 April 2024 11:07
Bangunan Bersejarah Gedung Sate di di Jalan Diponegoro nomor 22 Kota Bandung, Saat Ini Menjadi Kantor Gubernur Jawa Barat, -Istimewa-
Bangunan Bersejarah Gedung Sate di di Jalan Diponegoro nomor 22 Kota Bandung, Saat Ini Menjadi Kantor Gubernur Jawa Barat, -Istimewa-

BANDUNG- Bicara soal kota Bandung, rasanya hampir semua orang mengetahui bangunan bersejarah di kota berjuluk Paris Van Java ini, yakni Gedung Sate.

 

Namun begitu, masih banyak orang yang bertanya-tanaya kenapa dinamakan kedung sate, yuk simak sejarah singkatnya.

 

Gedung Sate merupakan bangunan tua yang ikonik di kota Bandung. Sejak 1980 hingga saat ini bangunan yang terletak di Jalan Diponegoro nomor 22 Kota Bandung, di fungsikan sebagai kantor Gubernur Jawa Barat.

 

Dibangun pada tahun 1920-1924, arsitektur bangunan ini dirancang oleh tim yang dipimpin oleh Ir. J. Gerber, Eh. De Roo, dan G. Hendriks, serta Gemeente van Bandoeng yang diketuai oleh V.L. Sloors.

 

Pembangunan Gedung Sate merupakan bagian dari program pemindahan pusat militer pemerintah Hindia Belanda dari Meester Cornelis ke wilayah Bandung.Gedung ini dirancang dalam satu komplek perkantoran untuk instansi pemerintah (Gouvernements Bedrijven/GB).

 

Saat itu, Gedung Sate merupakan gedung kantor Department Verkeer en Waterstaat (Departemen Pekerjaan Umum dan Pengairan) dan di sisi timur laut terdapat gedung Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoondienst (Pusat Pos, Telegraf, dan Telepon).

 

Gedung Sate mempunyai gaya arsitektur hybrid. Perpaduan antara beberapa gaya arsitektur di beberapa bagian. Gedung ini menggunakan model Rennaisance Italia, desain jendela mengusung konsep Moor Spanyol, dan bagian atap yang mengadopsi arsitektur Asia seperti pura di Bali.

 

Gedung ini juga dipengaruhi ornamen Hindu dan Islam. Penataan bangunan ini berpola simetris, elemen lengkungan yang berulang-ulang, menciptakan ritme yang indah dan unik.

 

Pada bagian puncak atap gedung, terdapat ornamen 6 tusuk sate. 6 tusuk sate ini melambangkan 6 juta Gulden yang digunakan untuk membangun gedung ini.

 

Hal tersebut yang menjadikan masyarakat sampai saat ini menyebut bangunan ini sebagai “Gedung Sate”.

 

Menurut Pemandu Gedung Sate, Dena Akhirawan, pada ruang di puncak gedung ini, terdapat sebuah alarm yang akan otomatis menyala ketika ada serangan dari musuh. 

Dengan bunyi alarm yang besar, alarm mampu menjangkau hingga di luar Kota Bandung. Namun saat ini, alarm hanya dinyalakan sekali dalam setahun selama 10 menit saja. Dan suara alarm hanya terdengar di sekitar gedung.

 

(Yusuf Mugni)