HUT Koperasi Ke-64 Tingkat Kota Bandung

  Koperasi merupakan soko guru perekonomian masyarakat Indonesia biasanya memiliki tiga persoalan mendasar yang dihadapinya yaitu, citra sebagai golongan ekon

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:37
HUT Koperasi Ke-64 Tingkat Kota Bandung
HUT Koperasi Ke-64 Tingkat Kota Bandung

HUT Koperasi ke-64 Tingkat Kota Bandung

 

Koperasi merupakan soko guru perekonomian masyarakat Indonesia biasanya memiliki tiga persoalan mendasar yang dihadapinya yaitu, citra sebagai golongan ekonomi lemah, kontribusi nominal yang masih rendah dibanding badan usaha swasta, serta belum meratanya kesadaran bergotong-royong di bidang ekonomi.

 

Hal tersebut dikemukakan oleh Wali Kota Bandung Dada Rosada dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda, pada peringatan HUT Koperasi ke-64 tingkat Kota Bandung di lapang Tegallega, Senin (25/7). Hadir dalam kesempatan tersebut ketua Dekopinda Kota Bandung Usep Sumarno, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bandung, dan sejumlah pejabat publik Kota Bandung.

 

Lebih lanjut dikatakan Wali Kota dalam sambutannya, kegiatan Koperasi sering terkendala terbatasnya partisipasi anggota terhadap modal sendiri, ketiadaan agunan untuk mengakses permodalan ke perbankan, serta kesulitan menyikapi peluang usaha pengadaan barang dan jasa.

 

“Terhadap kenyataan tersebut, saya akan terus mengupayakan peningkatan kemampuan manajemen koperasi melalui berbagai diklat, mediasi dengan pihak perbankan, serta mendorong realisasi program CSR BUMN, BUMD dan swasta dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan semua pihak,” jelasnya.

 

Dikatakannya juga, kualitas dan kuantitas koperasi di Kota Bandung menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Dimana jumlah koperasi tahun 2008 mencapai 2.368 kemudian tahun 2009 meningkat 1,1 % atau menjadi 2.394 dan menjadi 2.431 meningkat 1,5% pada tahun 2010.

 

“Sedangkan dari segi asset, pada tahun 2008 baru mencapai 2,2 T, kemudian berkembang menjadi 2,45 T meningkat 11% tahun 2009 dan tahun 2010 meningkat 57,14 % atau 3,85 T. Begitu juga dari volume usaha mengalami peningkatan dari 2,6 T tahun 2008 menjadi 2,86 T pada tahun 2009, dan menjadi 3,2 T pada tahun 2010,” paparnya.

 

Senada dengan Dada Rosada, Wakil Wali Kota Bandung pun mengatakan bahwa koperasi merupakan soko guru ekonomi masyarakat yang bersifat ideologi karena berdasarkan dan bersumber gotong royong yang ada di masyarakat.

 

Terkait dengan banyaknya para pedagang kecil, atau supir yang terjerat rentenir, Ayi Vivananda mengatakan bahwa koperasi bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi hal tersebut. Oleh karenanya di setiap kelurahan perlu dibentuk koperasi simpan pinjam yang profesional dan mandiri.

 

“Dengan tumbuhnya koperasi simpan pinjam yang profesional dan mandiri, hampir dapat dipastikan usaha rentenir tersebut tidak akan laku, karena banyak yang akan meminjam ke koperasi simpan pinjam yang ada,” ujar Ayi.

 

Ayi pun menuturkan rentenir-rentenir yang meminjamkan uangnya dengan menyebut dirinya koperasi padahal koperasi fiktif dapat diberantas apabila koperasi yang sesungguhnya hidup dan berkembang dengan baik.

 

“Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan, seperti yang dikatakan bapak Wali Kota dalam sambutannya yaitu, memfasilitasi koperasi agar memiliki akses kepada perbankan untuk mendapatkan modal dan mengoptimalkan peran BUMN atau BUMD dan swasta dalam program CSRnya,” pungkas Wakil Wali Kota Bandung.

 

Dalam peringatan tersbut juga dilaksanakan penandatangan kerjasama antara pihak perbankan dengan pelaku usaha, dan penyerahan berbagai hadiah kepada koperasi berprestasi dan pemenang berbagai lomba dalam memperingati hari koperasi. (www.bandung.go.id)