Seminar Himpunan Penyandang Cacat (HIPENCA)

Anggapan yang menyebut penyandang cacat hanya menjadi beban keluarga harus dibuang jauh-jauh, karena ternyata potensi yang dimiliki terkadang melebihi kapasita

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:38
Seminar Himpunan Penyandang Cacat (HIPENCA)
Seminar Himpunan Penyandang Cacat (HIPENCA)

Anggapan yang menyebut penyandang cacat hanya menjadi beban keluarga harus dibuang jauh-jauh, karena ternyata potensi yang dimiliki terkadang melebihi kapasitas dan kemampuan orang yang sempurna secara fisik dan mental.

 Hal tersebut dikemukakan oleh Wali Kota Bandung Dada Rosada, saat memberikan sambutan pada seminar sehari mengenai “mewujudkan pemberdayaan dan kesetaraan penyandang disabilitas di Kota Bandung” dalam rangka memperingati hari Internasional penyandang cacat (hipenca) 2011, di ruang serba guna bermartabat Kota Bandung, Rabu (30/11).  Hadir juga dalam kesempatan tersebut Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda, Ketua Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM) Kota Bandung Ny. Nani Dada Rosada, dan sejumlah pebajat publik Kota Bandung.

 Menurut Dada, pemberdayaan dan pengupayaan kesetaraan penyandang disabilitas bukan sekedar meningkatkan peluang untuk berkreasi, tetapi juga menciptakan sistem hubungan sosial yang memungkinkan kaum disabilitas merasa nyaman dengan segala keterbatasannya.

 Meskipun disabilitas identik dengan keterbatasan, tetapi menurut Dada banyak penyandang disabilitas yang mampu berprestasi di berbagai bidang, bahkan menjadi pelaku usaha yang memberi mata pencaharian bagi banyak orang.

 

“Perlindungan terhadap kedudukan, hak, dan kewajiban dan peran penyandang disabilitas merupakan kewajiban yang tidak saja melekat pada pemerintah, tetapi juga setiap individu warga, baik dalam memenuhi kewajiban sosial, maupun sebagai realisasi ajaran agama,” ujarnya.

 

Lebih lanjut menurut Dada, pemerintah telah berupaya memenuhi hak-hak penyandang disabilitas, seperti di Kota Bandung telah diterbitkan Peraturan Daerah No. 26 tahun 2009 tentang kesetaraan dan pemberdayaan penyandang cacat di Kota Bandung.  “Hal tersebut direalisasikan antara lain dengan perluasan kesempatan kerja, peningkatan kualitas dan kuantitas ruang publik yang dapat diakses kaum difabel, serta pemeranan penyandang disabilitas dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan, meski pelaksanaannya harus dilakukan secara bertahap,” jelasnya.

 

Dada juga melihat partisipasi warga dalam membantu tugas tersebut cukup tinggi, sehingga RBM Kota Bandung menerima penghargaan dari Menteri Sosial atas kepedulian dan keberpihakan dalam mewujudkan kesamaan kesempatan bagi penyandang cacat. “Mudah-mudahan apresiasi tersebut dapat memotivasi kelompok masyarakat lain, khususnya untuk memudahkan akses penyandang disabilitas  terhadap sumber-sumber sosial dan ekonomi, dalam kerangka meningkatkan kemandirian dan kesetaraan,” tandasnya.

 

Walikota juga mengingatkan kepada orang-orang yang tidak mempunyai disabilitas agara tidak sombong, karena mungkin saja saat ini masih tidak terjadi apa-apa, tetapi beberapa saat kemudian tertimpa musibah bisa menjadi penyandang disabilitas. “hari ini kita sehat, tetapi jangan sombong, mungkin beberapa saat kemudian kita tertimpa musibah, bisa-bisa kita juga menjadi penyandang disabilitas,” tegas Dada.

Dengan diadakannya seminar tersebut, Dada berharap dapat mengingatkan kembali kesadaran semua pihak akan pentingnya memelihara kepedulian dan semangat kegotongroyongan.

 “Saya harap dengan seminar ini, dapat mengingatkan kita semua akan pentingnya memelihara semangat kegotongroyongan sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal,” pungkas Dada.

Yang menarik dalam sambutan yang disampaikan oleh Walikota Bandung, karena diterjemahkan ke dalam bahasa isyarat, agar dapat dimengerti oleh penyandang disabilitas. (www.bandung.go.id)