Buku Pelajaran Bahasa Sunda Terus Alami Perubahan

Buku pelajaran Bahasa Sunda saat ini terus mengalami perubahan, baik secara kurikulum maupun metode penyajiannya, kata Profesor Studi Bahasa Indonesia Fakultas

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:38
Buku Pelajaran Bahasa  Sunda Terus Alami  Perubahan
Buku Pelajaran Bahasa Sunda Terus Alami Perubahan

Buku pelajaran Bahasa Sunda saat ini terus mengalami perubahan, baik secara kurikulum maupun metode penyajiannya, kata Profesor Studi Bahasa Indonesia Fakultas Studi Asia Universitas Nanzan Jepang, Mikihiro Moriyama.

Dalam diskusi "Usaha Pembinaan Identitas Budaya Sunda dalam Perkembangan Buku Pelajaran Bahasa Sunda" itu digelar dalam rangkaian Konferensi Internasional Budaya Sunda II, di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung, Rabu (21/12).

Mikihiro menjelaskan, buku pelajaran bahasa Sunda terus dikembangkan sejak pertengahan abad ke-19 hingga saat ini.

"Sejarah pengajaran bahasa Sunda bersama perkembangan buku pelajaran Bahasa Sunda ini membuktikan perhatian besar dari orang Sunda terhadap bahasa daerah mereka," katanya saat ditemui di Gedung Merdeka, Bandung.

Ia menilai, perhatian orang Sunda pada bahasa mereka juga bisa dianggap suatu cerminan kekhawatiran pada identitas budaya sendiri.

"Kekhawatiran pada kehilangan bahasa adalah kekhawatiran kehilangan identitas etnis Sunda sebagaimana ditunjuk oleh Memed Sastrahadiprawira pada tahun 1920an," tuturnya.

Disebutkan bahwa setelah Indonesia meraih kemerdekaan, bahasa Indonesia memainkan peranan penting untuk mempersatukan suku-suku bangsa di Indonesia.

"Sehingga, di sisi lain, indetitas pada sekelompok suku bangsa justru menjadi krisis," lanjutnya.

Melihat hal tersebut, hadirnya buku pelajaran Bahasa Sunda dinilai Mikihiro sebagai upaya untuk menghilangkan kekhawatiran tersebut.

"Jika pada zaman kolonial buku pelajaran bahasa Sunda terdiri dari semacam kumpulan cerita dan dongeng, kalau saat ini sudah mulai berisi tentang tata bahasa mengikuti ilmu linguistik modern," katanya.

Mikihiro menuturkan, salah satu buku pelajaran Bahasa Sunda yang selama ini menjadi standar selama hampir 30 tahun, di antaranya adalah Seri Kandaga yang terdiri dari 8 jilid buku.

Seri Kandaga merupakan kumpulan cerita, tata bahasa, dan sastra untuk murid SMP dan SMA yang terbit sejak tahun 1957.

Sedangkan untuk siswa Sekolah Dasar pada tahun 1958 diterbitkan Pamekar Basa yang terdiri dari 12 jilid, atau ada pula Taman Sekar terdiri dari 5 jilid yang diterbitkan pada 1958.

"Sebenarnya kebanyakan buku pelajaran Bahasa Sunda pada awalnya diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda, persisnya oleh Landsdrukkerij pada paruh kedua abad ke-19. Kemudian pada tahun 1930an, 3 jenis buku pelajaran yang berseri diterbitkan berulang kali oleh Balai Poestaka," katanya.

Buku-buku tersebut, di antaranya Panjeongsi Basa (1933), Ganda Sari (1933), dan Roesdi djeung Misnem (1930).

"Buku-buku tersebut dipakai pada sekolah dasar semasa zaman kolonial, dan dua seri buku pelajaran tersebut tetap dipakai setelah kemerdekaan," lanjut Mikihiro.

Namun kini, katanya, pelajaran bahasa Sunda semakin disesuaikan dengan kurikulum, terlebih setelah pelajaran bahasa Sunda diwajibkan sebagai muatan lokal sejak tahun 2003. (www.bandung.go.id)