Puisi Walikota Bandung Bertema “Sampah”

Akselarasi pembangunan yang didasarkan pada visi Bandung Kota Jasa yang Bermartabat, sangat erat terkait dengan aktualisasi seniman dan budayawan local <?xml

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:31
Puisi Walikota Bandung Bertema “Sampah”
Puisi Walikota Bandung Bertema “Sampah”

Akselarasi pembangunan yang didasarkan pada visi Bandung Kota Jasa yang Bermartabat, sangat erat terkait dengan aktualisasi seniman dan budayawan local Bandung yang identik dengan budaya Sunda. Maka kebudayaan local sebagai pembentuk kinerja, perlu digali agar Kota Bandung dapat tumbuh menjadi kota yang memiliki identitas budaya tinggi, serta menjadi wahana pergaulan antar budaya yang dinamis.

 

Hal ini disampaikan Walikota Bandung H Dada Rosada, SH MSi dalam sambutannya pada acara pagelaran “Festival Mei”, Jum’at malam (19/05/06), di Gedung Asia Afrika Culture Centre Jalan BragaBandung.

Acara dibuka resmi Kadisbudpar Jawa Barat, Budiana Kosasih, dihadiri seniman dan budayawan Bandung dan Jawa Barat, sejumlah pejabat public KotaBandung. Ditandai dengan Apresiasi visi dan misi Jawa Barat dalam bentuk dialog interaktif Kadisbudpar dengan tokoh punakawan “Cepot”.

 

Selanjutnya dikatakan walikota, pagelaran baca puisi “Festival Mei” akan menjadi ujung ekspresi seni yang mampu mendorong kebangkitan seni dan budaya Kota Bandung guna menopang harapan pemerintah dan warga Bandung, menjadikan Kota Bandung sebagai kota seni dan budaya pada tahun 2008. “ Syukur kalau prosentasenya bisa mencapai 100 persen”, harap walikota. 

 

Menurut walikota, kedudukan seni dalam kehidupan manusia sangatlah beragam. Selain menjadi oase mengusir dahaga kedamaian, seni juga merupakan pendorong motivasi tumbuhnya kreatifitas, disamping bisa menjadi mata pencaharian sekaligus mendatangkan nilai ekonomi yang sangat tinggi. Karenanya, dengan potensi seni dan budaya yang heterogen baik jenis maupun jumlahnya, serta dukungan seniman dan budayawannya, Bandung bisa maju dan sejajar dengan Bali ataupun Yogyakarta. 

 

Untuk itu menurut walikota, proses kreatif dalam bidang seni dan kesenian, harus bisa lebih berkembang. Karena kotaBandung merupakan pusat kreatifitas seni dan kesenian yang selalu dijadikan rujukan dalam pengembanagan seni, baik tingkat Jawa barat maupun nasional. 

 

Heterogenitas budaya yang kental dan tidak mungkin untuk memilahnya, terlebih Bandung kaya budaya dari berbagai penjuru nusantara, akan semakin menumbuhkan citra dan prestise Kota Bandung yang dilandasi pemahaman “Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung” yang sama dengan budaya sunda “Pindah cai pindah tapian”.  

 

Melalui festival ini, walikota sangat berharap seniman dan budayawan Bandung, dapat mengapresiasi dinamika kehidupan yang telah terjadi untuk kemudian merancang kinerja pembangunan yang berkelanjutan termasuk dukungannya yang konstruktif. Karena keinginan untuk maju dan sejajar dengan Bali dan Yogyakarta dalam bidang seni dan budaya, bukan keinginan basa-basi, tetapi merupakan kebutuhan.  

 

Melalu festival ini, menurut walikota, telah terciptanya sebuah wahana untuk mengkomunikasikan ide dan gagasan penyair dalam berbagai dimensi hidup dan kehidupan untuk kemudian diapresiasikan oleh penikmat seni. Karena puisi, merupakan media kominikasi yang melahirkan nilai positif untuk melakukan perubahan. Sebab menurutnya juga, tidak sedikit dari puisi yang berintikan suara-suara perubahan yang dalam era demokratisasi, puisi dan karya sastra ilmiah, menjadi mimbar demokrasi para penyair mengungkapkan suara hati nuraninya.

 

Mengakhiri sambutan, walikota menutupnya dengan membaca puisi berjudul  “Sampah”, tema yang jadi isu sentral Kota Bandung, cipta karyanya sendiri.  

 

 

Aku adalah sisa kegiatan hidup,

Keberadaanku sering diabaikan,

Karena tidak terpakai aku dibuang,

Disingkirkan ke tempat yang jauh,

Tak ada yang menghiraukanku,

Tak ada yang mau dekat denganku,

Dan dianggap sumber penyakit,

 

 

Aku ditumpuk bergunung-gunung,

Dibiarkan membusuk,

Tapi kadang aku gembira,

Bila masih ada yang memperhatikanku,

Untuk menopang kehidupan :

 

Mereka pemulung sahabatku.

 

Walau aku terus dihindari,

Tapi aku ingin memberikan arti,

Aku ingin memiliki jasa,

Bagi kehidupan manusia,

 

Janganlah aku dibuang ke sungai,

Jangan pula sampai disia-siakan,

Aku ingin berubah jadi pupuk,

Aku ingin berubah jadi energi listrik,

Dan aku ingin jadi bagian penting,

Dari kehidupan manusia,

 

Inilah harapanku :

Aku tak mau jadi masalah,

Aku ingin bermanfaat,

 

Ah, andai saja aku bisa bicara lantang,

Aku ingin memiliki banayak sahabat,

            Dengan masa depan gemilang……….