Jasmara Lingkungan Hidup Wilayah Cibeunying di Punclut

Soal sampah kebijakan Pemkot ada 2 yaitu Kebijakan jangka pendek dan jangka panjang. Dengan belajar pada pengalaman yang sudah kita rasakan, sampah akan jadi mu

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:31
Jasmara Lingkungan Hidup Wilayah Cibeunying di Punclut
Jasmara Lingkungan Hidup Wilayah Cibeunying di Punclut

Soal sampah kebijakan Pemkot ada 2 yaitu Kebijakan jangka pendek dan jangka panjang. Dengan belajar pada pengalaman yang sudah kita rasakan, sampah akan jadi musibah kalau salah kaprah mengurusnya. Tetapi akan menjadi berkah, kalau kita mampu mengelolanya dengan baik., seperti yang dilakukan masyarakat di RT, RW, Kelurahan dan Kecamatan.

Hal ini disampaikan Walikota Bandung H Dada Rosada SH, MSi dalam acara Jaring Asmara (Jasmara) bidang Lingkungan Hidup di Wilayah Cibeunying, Selasa (23/05/06), bertempat di Lapang Dengdek Punclut Kelurahan Ciumbuleuit Kec Cidadap. Dihadiri unsure Muspida, para pejabat public di lingkungan Pemkot, LSM, LPM, Tokoh Masyarakat, Ormas/OKP dan masyarakat umum di 6 kecamatan, yaitu Cidadap, Coblong, Sumur Bandung, Bandung Wetan, Cibeunying Kidul dan Kec Cibeunying Kaler.

Acara ditandai penyerahan sejumlah bantuan, yaitu 26 gerobak sampah, 139 alat pembuat kompos, 26 mesin alat potong rumput, 65.084 pohon pelindung, 87.000 pohon produktif, bantuan sarana tata guna aor berupa embung-embung air (kolam penampung air) senilai Rp. 70 juta,   139 tong sampah, bantuan untuk  pembudidayaan jamur tiram berupa pipa dan slang air untuk Forum Akalbu Punclut, 1 toren air untuk Paguyuban Peduli Punclut. 

Penangan sampah jangka pendek atau darurat sampah, dikatakan walikota, ada 2 upaya yang kita lakukan. Yaitu kerjasama dengan pemerintah kebupaten/kota sekitar Kota Bandung, diantaranya  dengan Pemerinatah Kabupaten Bandung, Kota Cimahi, kab Garut, mungkin juga Kabupaten Subang.

Sedangkan yang kedua, berupaya mengurangi timbulan sampah dengan cara mengubur, memilah dan memilih sampah organic dan anorganik, memanfaatkan kembali dengan cara mendaur ulang (3 M) yang dilakukan aparat kewilayahan bersama masyarakat. Seperti halnya ayang telah dilakukan di Kecamatan Regol, yaitu dengan membuat lobang ukuran 20X10X6 M, yang dapat menampaung sekira 1500 M3,  di Kec Bandung Kidul tanah Milik BPN sudah menyerahkan, akan dilakukan, di Cikutra, Gudang Selatan dekat PJKA. Selain itu ada incinerator, pemilahan, ada cara yang dicontohkan Pak Sobirin, Tapi Itu tidak menyelesaikan masalah sampah yang begitu besar.

“Untuk itu kita meminta ketulusikhlasan warga kabupaten lain, dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, -- dimana Pemerintah Kota Bandung saat ini sedang kena musibah, kesulitan TPA untuk membuang sampah.  Kita mengetuk hati mereka, karena sampah di KotaBandung, tidak dihasilkan atau diproduk hanya oleh warga Kota Bandung. Tapi juga datang dari luar kota, seperti jagung, rambutan yang juga datang dari Lembang, Pangalengan, masuk kotaBandung masih terbungkus kulitnya dan menambah volume sampah di Kota Bandung” ucap Walikota.

Untuk mengurangi timbulan sampah, menurut walikota. perlu ada upaya pemkot secara normative dengan melakukan pembatasan. Semua produk pertanian yang dipasarkan ke Kota Bandung, baik sayur-sayuran maupun buah-buahan, sudah merupakan hasil sortiran dan sudah bebas dari sampah. Bahkan kalau memungkinkan, sudah dalam kemasan makanan olahan, tinggal makan saja meski harus dilakukan pengawetan.

            Untuk bisa membuang sampah ke Pasir Bajing diatas lahan Pak H Adeng selama 3 bulan, dikatakan walikota, memerlukan biaya untuk sewa sebesar Rp.550 juta, biaya yang cukup mahal. Sedangkan kalau menginap di hotel  sebesar Rp. 150 juta perbulan,  sudah luar biasa. Sementara, untuk penanggulangan sampah jangka pendek, tidak bisa hanya menggunakan pasir bajing saja,  yang setiap harinya hanya 20 truk (200 M3) atau 6.000 M3/bulan. Berarti selama 3 bulan hanya 18.000 M3, padahal sampah Kota Bandung sejak 14 April 2006 tidak diangkut, hari ini sudah mencapai tidak kurang dari 600 ribu M3. atau sekira 150 Ton.

Karena tidak mungkin menggunakan satu tempat, kita harus bagi-bagi, diantaranya ke pasir Bajing. Karenanya, diharapkan  warga Kab Garut bisa membantu. Hari ini pun, menurut walikota, sudah dilakukan pembuangan ke Pasir Buluh Lembang, dengan volume 50 truk perhari untuk selama 2 bulan. Selain juga dilakukan  ke TPA Babakan di Ciparay dan lokasi lainnya.

Dalam program Jangka  panjang, Pemkot terus berupaya mencari lahan 20 H, untuk pabrik pengolahan sampah 5 Ha dan untuk penghijauan 15 Ha. Bahkan 6  bulan sebelumnya, telah dilakukan penanandatanganan MoU dengan PT BRILL  untuk membuat pabrik seperti  di Sanghai.

“Kalau warga Kota Bandung sudah memiliki pabrik seperti itu, yaitu mengolah sampah menjadi energi listrik. Karena dengan derajat kepanasannya yang tinggi lebih dari1500 watt, sampah apapun tidak dipilah,  masuk ke situ kemudian jadi energi listrik. Sedangkan organiknya yang bagus seperti kangkung, kol, diolah menjadi pupuk dan abunya dijadikan batu bata. Mudah-mudahan tiga bulan ini dapat, dan kita sudah ada kerja sama dengan konsultan dari RRC di Sanghai dengan tenaga akhli dari Prancis dan Jerman, serta dana bantuan dari Jepang. Ini bagus sekali,  jadi kita  tidak akan lagi berfikir, sampah, sampah”ungkap walikota penuh harapan. Karena walikota juga meyakini, sampah baginya pasti ada jalan keluarnya, sepanjang ada keinginan, kerjakeras yang sungguh-sungguh dan do,a kepada Allah SWT.