Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia Perlu Wujudkan Konsep Pendidikan Kedokteran Berkualitas, Maju dan Terjangkau

  Timbulan jenis penyakit yang semakin beragam yang dipicu kecenderungan gaya hidup, dirasakan semakin menambah kompleksitas permasalahan kesehatan. Kondisi in

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:35
Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia Perlu Wujudkan Konsep Pendidikan Kedokteran Berkualitas, Maju dan Terjangkau
Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia Perlu Wujudkan Konsep Pendidikan Kedokteran Berkualitas, Maju dan Terjangkau

 

Timbulan jenis penyakit yang semakin beragam yang dipicu kecenderungan gaya hidup, dirasakan semakin menambah kompleksitas permasalahan kesehatan. Kondisi ini menuntut penyelenggara pelayanan kesehatan mengembangkan teknologi bidang kedokteran, kemampuan SDM, peralatan, obat-obatan, majamenen terbarukan dan tarif pelayanan yang semakin terjangkau.

Pendidikan tenaga dokter dan para medis, teknologi peralatan serta obat-obatan tersedia, saat ini terbentuk dengan investasi yang tidak kecil sehingga memicu pelayanan kesehatan dirasakan mahal. Namun pendidikan kedokteran juga, harus memiliki asumsi yang sama dengan pelayanan kesehatannya, yaitu terjangkau dan murah.

"Ini menjadi harapan banyak kalangan karena banyak lulusan SMA berkeinginan melanjutkan pendidikannya ke fakultas kedokteran," kata Wali Kota Bandung, H Dada Rosada kepada delegasi Asian Medical Educatian Assoiation (AMEA) dan peserta Muktamar V Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) dalam kesempatan silaturahmi, di Pendopo Jalan Dalem Kaum Bandung, Rabu malam (7/10/09).

"Saya berharap ada terobosan baru yang dapat mewujudkan konsep pendidikan kedokteran berkualitas dan maju, namun tetap terjangkau. Alasannya, karena cakupan pelayanan kesehatan dimasa mendatang akan semakin membutuhkan jumlah tenaga dokter yang lebih banyak," imbuh Dada berharap.

Harapan ini dikatakannya tidak berlebihan, karena peningkatan kualitas pendidikan kedokteran di kawasan Asia telah dirumuskan bersama dan diperkuat dengan kerjasama saling menunjang, sehingga kualitas dan derajat kesehatan masyarakat di kawasan Asia mencapai titik maskimal. "Kiranya ini menjadi ruh pengabdian pendidikan kedokteran di Tanah Air termasuk di Kota Bandung,".

Fenomena pembangunan kesehatan di Tanah Air terkait pemerataan dan keadilan pelayanan kesehatan dikatakan Dada, kini semakin jauh dari harapan. Hal ini menurutnya akibat dihapusnya undang-undang wajib kerja sarjana, mengakibatkan lulusan kedokteran bertumpuk di kota-kota besar. Kenyataan ini berbeda dengan ketika masih diberlakukan dokter PTT dan wajib kerja sarjana.

Untuk mendorong keadilan pelayanan kesehatan, tambah Dada, Pemkot Bandung  memandang kebijakan pertumbuhan investasi sector rumah sakit swasta, harus didasarkan pada adanya keunggulan jenis pelayanan dokter spesialis tertentu. "Jika pelayananya masih bersifat umum, tidak tertutup kemungkinan tenaga dokter akan bertumpuk di Kota Bandung. Sementara kabupaten dan kota lainnya di Jawa Barat tidak memiliki dokter yang memadai,".

Di Kota Bandung kini dikatakannya, terdapat sejumlah instalasi kesehatan tergolong memiliki keunggulan khusus dan daya saing tingkat internasional, diantaranya Rumah Sakit Mata Cicendo dan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM). "Kota Bandung ingin kemajuan bidang kesehatan ditopang institusi pendidikan kedokteran yang benar-benar  berpihak pada realitas kehidupan ekonomi masyarakat."

Keberadaan 31 rumah sakit dan 3.406 tenaga dokter, dikatannya bukan kata kunci bagi terwujudnya kesehatan masyarakat yang berkualitas jika pelayanan kesehatan masyarakat masih dikatakan mahal. Untuk itu Dada menghharapkan AMEA dan AIPKI memikirkan, bagaimana mewujudkan pendidikan yang lebih terjangkau agar tidak menjadi dalih pelayanan kesehatan yang semakin mahal.

Dekan Fakultas Kedokteran Unpad Bandung, Dr Eri Surahman Sp.An menuturkan, muktamar V AIPKI yang akan dimulai Kamis (8/10), diikuti 202 peserta dari 69 institusi se Indonesia. Bertujuan menyamakan mutu fakultas kedokteran dalam penyelenggaraan pendidikan berkualitas. "Kami tidak berpretnsi ingin maju sendiri tapi dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan di republic ini. Setiap lulusan ditempatkan dimanapun mempunyai kompetensi yang sama,".

Ketua AIPKI,  Prof dr Irawan Yusuf menyatakan, pergerakan pendidikan kedokteran yang dinamis harus segera dimulai untuk menghadapi berbagai tantangan globalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat serta kebutuhan masyarakat yang lebuih baik. "Ini hanya bisa dilakukan institusi pendidikan kedokteran yang mampu bergerak dinamis, menuju suatu proses pendidikan kedokteran yang bertaraf internasional dan modern,". (www.bandung.go.id)