Masyarakat Musik Angklung Gelar Pelatihan Guru Angklung Bagi Pendidik se Kota Bandung

Kota Bandung di mancanegara, selain dikenal sebagai kota Konferensi Asia Afrika, dikenal pula sebagai  kota produsen jenis alat musik angklung.  Di kota i

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:37
Masyarakat  Musik  Angklung  Gelar Pelatihan Guru  Angklung Bagi Pendidik se Kota Bandung
Masyarakat Musik Angklung Gelar Pelatihan Guru Angklung Bagi Pendidik se Kota Bandung

Kota Bandung di mancanegara, selain dikenal sebagai kota Konferensi Asia Afrika, dikenal pula sebagai  kota produsen jenis alat musik angklung.  Di kota ini, angklung lahir, mulai hidup dan dikenalkan pada dunia menjadi salah satu kekayaan warisan budaya nasional. Tokoh angklung Bandung terkenal melegenda, diantaranya sang maestro seniman dan pelatih, Daeng Soetigna (Alm),  dan satu lagi seniman sekaligus pengrajin, Udjo Ngalagena (Alm).  Melestarikan warisannya, dibutuhkan tidak saja kepedulian  stakeholder terkait, tapi juga penanaman nilai kecintaan dan kejuangan kader-kader penerusnya dalam menjaga dan memeliharanya.

 

Namun persoalannya, jenis musik yang dikenalkan akrab di lingkungan pendidikan ini kini tidak lagi gebyar karena tidak memiliki cukup guru pelatih.    

Berkaitan ini, Masyarakat Musik Angklung (MMA) dari komunitas Suara Jalinan Hati Anak Negeri (SJATIAN) menggelar pelatihan guru angklung untuk guru TK, SD, SLTP dan SLTA se Kota Bandung. Dibuka Wali Kota, Bandung, Dada Rosada di Padepokan Seni, Jalan Peta 209 Bandung, Jumat (04/02).

 

Ketua MMA, Oby AR Wiramihardja berharap, pelatihan setidaknya akan menjadi penguatan  pelestarian musik angklung di Tanah Air. Terlebih  angklung kini telah diakui badan dunia UNESCO sebagai kekayaan warisan budaya bangsa Indonesia. “Kita lebih peduli lagi.  Pengakuan Unesko jangan dianggap sebagai perjalanan perjuangan akhir. Tapi harus dijadikan starting poin kedepan. Kalau tidak dikembangkan lebih lanjut kita akan ditertawakan badan Unesco. Ini tugas dan tanggung jawab kita bersama mengembangkan dan memeliharnya,” ungkapnya.

 

Kita berharap, Kota Bandung bisa mewujudkan itu. Karena Kota Bandung punya kepedulian dan komitmen kuat membangun seni dan budaya daerah di agenda prioritas pembangunan kotanya. Untuk itu Saya minta kesediaan Pak Wali untuk menjadi pelindung MMA,” pinta Oby.

 

Oby yang lahir dan besar di Bandung, mengaku menggeluti musik angklung sejak 1957 melalui guru Daeng Soetigna (Alm)  mengakui, dirinya sangat  memahami filosofi yang terkandung dalam angklung. Karena dimainkan massal, angklung mendidik berdisiplin, gotong royong dan belajar hidup berbeda. “Satu angklung punya nada berbeda yang saling bergantungan dan saling membutuhkan. Sedangkan dua tabung bambu pada angklung, yang besar  melambangkan indung atau ibu dan yang kecil melambangkan anak. Ibu selalu melindungi anaknya, yang kuat melindungi yang lemah, yang kaya mengayomi yang kurang mampu,” tuturnya.

Oby juga mengatakan, selain diklat pelatihan guru angklung, MMA juga akan  melatih para perajin angklung. “Jangan bikin angklung karena alasan materi tanpa pikirkan kualitas. Dipesan, dikirim kenegara lain, dua tiga bulan dikirim kembali karena tidak tahan rayap,”.

Wali Kota Bandung, Dada Rosada menyatakan, Kota Bandung tidak saja komit tapi juga berupaya konsisten membangun seni dan budaya daerah. Pemkot Bandung siap memfasilitasi termasuk dukungan financial, even-even gelaran seni dan kebutuhan lahan untuk padepokan bagi seniman mengembangkan kreasi.

 

Musik angklung, dikatakan Dada, tidak hanya akrab ditelinga orang Sunda dan Indonesia. Angklung juga akrab ditelinga beberapa bangsa-bangsa di dunia. Bukti betapa kreativitas pencipta angklung mampu menembus selera masyarakat dengan etnis dan adat istiadat berbeda, sekaligus sebagai alat mengangkat martabat bangsa. “Dalam program Sister City, Pemkot Suwon Korea Selatan telah membuat monument anggklung dikotanya sebagai symbol hubungan kota bersaudara dengan Kota Bandung.  Juni mendatang, kita diundang untuk bersama-sama meresmikannya,” ungkapnya yang juga telah merencanakan  membangun monument angklung di Kota Bandung yang kini dalam proses mencari lokasinya yang cocok.  

 

Pelatihan guru angklung tandasnya akan menguatkan kembali rasa cinta, rasa memiliki warisan budaya agar tetap eksis. Angklung menurutnya bukan sekedar bambu, tapi juga sarat dengan nilai-nilai kehidupan, pemahaman arti berbeda, orsinil dan menyimpan filosofi yang menjadi bahan tuntunan dan juga tontonan.   Harapannya ke depan, angklung tidak lagi menjadi hiasan sekolah atau menumpuk digudang dimakan rayap. Angklung bisa lebih maju, berkembang dan Berjaya dinegerinya sendiri. Karena angklung dipahami bisa membentuk kepribadian, kedisiplinan, kerja sama dan harmonisasi. (www.bandung.go.id)