Bus Lane Beroperasi Desember 2006

Angkutan umum massal, Bus Lane yang merupakan moda transoprtasi baru, kerjasama Dirjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan RI dengan Pemerintah Kota Bandun

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:31
Bus Lane Beroperasi Desember 2006
Bus Lane Beroperasi Desember 2006

Angkutan umum massal, Bus Lane yang merupakan moda transoprtasi baru, kerjasama Dirjen Perhubungan Darat Departemen Perhubungan RI dengan Pemerintah Kota Bandung, direncanakan mulai beroperasi Desember 2006. dengan panjang koridor sekira 20 KM. Sementara penentuan 25 titik shelter yang merupakan hasil survey lapangan yang dilakukan, masih memungkinkan untuk diadakan perubahan. “Pada tahap pertama Desmber ini, akan dioperasikan sepuluh unit kendaraan yang akan kita operasionalkan. Kita juga akan upayakan untuk memnggunakan tenaga sopir yang ada sekarang, terutama di trayek yang digunakan rute Bus Lane. -- Kita akan seleksi dan diberikan pelatihan, seminggu atau dua minggu. -- Saya pikir mereka tidak sulit beradaptasi, karena mereka sudah biasa membawa kendaraan” tandas Kepala Dishub Kota Bandung, Drs Timbul Butarbutar, SH, MSi dalam rapat sosialisasi rencana pengoperasian Bus Lane, di ruang rapat Dishub, Jalan Sukarno Hatta Bandung. Kadishub mengatakan, pengelolaan bus Lane, nantinya akan diserahkan kepada pihak ketiga. Sedangkan Dishub Kota Bandung hanya akan menjadi Pembina. Semua akan diserahkan kepada para pelaku transportasi, diantaranya Organda, Kobanter, KPU, Kobutri dan yang lainnya termasuk Damri. Untuk teknis pelaksanaannya, akan dibicarakan dalam pertemauan secara khusus. Sebagai langkah persiapan Launching, dikatakan Butarbutar, di bulan Desember ini minimal telah terbangun 2 titik shelter, yaitu di titik pemberangkatan di Jalan Elang dan di titik ahir di Cibiru. “Secara teknis, beberapa hari yang lalu kita telah melakukan survey. Hasilnya kelihatannya semuanya sudah siap, tidak ada masalah. -- Bahkan walikota juga sudah memberikan petunjuk lanjutan” jelasnya. Disebutkan Kadishub, trayek Bus Lane Cibeureum – Cibiru merupakan trase pertama yaitu Trase Timur-Barat Soekarno Hatta, dari 4 trase yang direncanakan Dishub. Trase ke 2 yaitu Timur Barat bagian tengah Jalan Ahmad Yani, trase ke 3 Utaraa-Selatan Ledeng Leuwi Panjang, kemudian trase ke empat yaitu yang melingkar, Jalan Lingkar Selatan. Ketiga trase ini menurutnya, masih dalam taraf pengecekan, dalam artian survey dasar, yaitu melihat posisi jalan, jumlah kendaraan dan potensi pengguna angkutan, pelaksanaannya masih memerlukan waktu. Kaitan dengan sosialisasi kepada para pelaku usaha transportasi, meskipun agak terlambat dan baru dilakukan hari itu, Kadishub mengharapkan, dalam rapat tersebut diperoleh masukan yang berarti, sebagai langkah kesempurnaan dalam pelaksanaanya. Pengoperasian Bus Lane yang diprogramkan 39 unit dengan jarak keberangkatan 5 menit, dikatakan Kadishub, harus melihat kondisi Kota Bandung secara keseluruhan. Yang menurutnya berdasarkan UU Nomor 14 tahun 1992, untuk kota seperti Bandung, harus sudah menggunakan angkutan massal, selain juga untuk meningkatkan pelayanan termauk memberdayakan kembali para pengusaha transportasi dari moda transportasi kecil ke moda transportasi sedang atau besar. Sedangkan Angkutan kecil hanya digunakan di dalam kondisi jalan penghubung. Ketua Organda Kota Bandung, Andri mengungkapkan, sebenarnya para pengusaha transportasi, masih mempertanyakan, apakah system Bus Lane ini merupakan system angkutan baru atau alternasif. “Kalau Bus Lane sebagai moda angkutan alternative, kami tidak setuju. Karena angkutan yang sudah ada juga, demikian banyak, -- apalagi ditambah alternative. Mau dikemanakan angkutan yang sudah ada. Tapi kalau sebagai system yang baru, itu baik untuk perbaikan transportasi” ungkapnya. Terkait dengan penentuan titik shelter, Andri menilai sangatlah sensitive. Ditempat ini ada muatan-muatan dari para pengusaha angkutan yang telah ada. Karenanya, dalam penentuan shelter harus dilaksanakan secara seksama. Ia menyarankan pentingnya dibuatkan mekanisme semacam matrikulasi, trayek mana saja yang terkena akibat dari adanya penempatan shelter Bus Lane. Sehinggga kalau ada keberatan dari pengusaha angkutan, sudah ada kajian teknisnya. “Trayek mana yang paling terkena dampaknya, itu diberikan prioritas untuk bergabung dalam pengelolaan Bus Lane. Sehingga dampak social daripada program ini dapat kita tekan. ” tandasnya. Selain itu hal yang perlu diperhatikan, adalah adanya peraturan, system pengelolaan, pentaripan dan pengadaan. Sehingga pada saat nanti uji coba, sudah benar-benar siap, selain juga kesiapan infrastrukturnya. Terkait dengan sosialisasi, Djadja dari Koperasi Angkutan Bandung Tertib (Kobanter) Bandung, mengemukakan sebaiknya tidak terbatas pada mereka yang hadir dalam rapat. Sosialisasi harus juga dilakukan kepada para pengusaha di jalur yang terkena program Bus lane. Dimaksudkan agar mereka bisa menyampaikan kepada anggotanya, latar belakang, maksud dan tujuan dari program ini, sehinga dapat mengeleminir permasalahan. Seementara untuk pengelolaan Bus Lane, ia mengusulkan untuk dibentuk konsorsium.“Mudah-mudahan Bus lane ini bisa mendongkrak masyarakat untuk terbiasa menggunakan angkutan umum. Sebab selama ini, sejak kenaikan BBM dan berkembangnya minat penggunaan sepeda motor, masyarakat Kota Bandung sudah tidak peduli lagi kepada angkutan umum, terutama angkutan kota” harapnya. (www.bandung.go.id)