Walikota Siap Menerima Aspirasi Masyarakat

“Kalau ada seniman, budayawan atau masyarakat Kota bandung yang merasa dirugikan oleh aparat Pemerintah Kota Bandung, laporkan saja kepada saya. Namanya siapa

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:31
Walikota Siap Menerima Aspirasi Masyarakat
Walikota Siap Menerima Aspirasi Masyarakat

“Kalau ada seniman, budayawan atau masyarakat Kota bandung yang merasa dirugikan oleh aparat Pemerintah Kota Bandung, laporkan saja kepada saya. Namanya siapa, dinasnya dimana. Biar jelas dan gampang menyelesaikannya,” hal tersebut ditandaskan Walikota Bandung H Dada Rosada SH MSi, dalam kesempatan dialog dengan warga eks wilayah Karees pada kesempatan Jaring Aspirasi dan Partisipasi Masyarakat (Jasmara) Bidang seni dan budaya 2006, di Gedung STSI Kota Bandung, Kamis (23/11). Kesiapan Walikota menerima aspirasi para seniman, budayawan, dan seluruh masyarakat Kota Bandung ini disampaikannya menjawab pertanyaan Deden, seorang warga Kecamatan Kiaracondong yang mengeluhkan kesulitannya mengurus sertifikat lembaga kesenian yang dimilikinya karena harus mengeluarkan dana sebesar Rp. 500 ribu. Hal itu pun langsung mendapat tanggapan Kepada Dinas Pariwisata Kota Bandung Drs Askary Wirantaatmaja, MSi, yang saat itu hadir . Menurutnya, membuat sertifikat tersebut tidak dikenakan biaya sepeser pun. Dan berkesimpulan bahwa aparat yang meminta biaya tersebut adalah oknum. Namun walikota juga menandaskan, dirinya tidak akan menanggapi bahkan tidak terima jika ada warga yang mengatakan aparat Pemkot teu baleg, karena menurutnya, aparat yang berbuat tidak benar adalah oknum yang tidak bisa disamaratakan dengan seluruh pegawai pemkot yang jumlahnya sekira 24 ribu orang. Dalam acara tersebut ditampilkan berbagai pertunjukan sejumlah seni tradisional tatar Sunda, diantaranya Gondang, Rampak Kendang, Calung, dan Reog yang dikolaborasi dengan seni tabuh bedug. Dihadiri anggota dewan, sejumlah pejabat public, sesepuh Jawa Barat Ibu Popong dan Tjetje Padmadinata, Ketua BACC Kota Bandung Arthur S Nalan, para seniman dan budayawan diantaranya Acil Bimbo dan Nano S. Dialog dipandu oleh Kang Bucky Hampir setiap peserta dialog menyampaikan rasa suka citanya karena memiliki Walikota Dada Rosada yang mencintai dan peduli dengan perkembangan seni dan budaya. Galih, salah seorang warga Kecamatan Lengkong, mengusulkan kepada walikota agar menghidupkan kembali kesenian daerah di 26 kecamatan seKota Bandung. “Kalau memungkinkan, masing-masing kecamatan diberi kesempatan untuk tampil seminggu sekali, jadi ada 52 minggu untuk untuk 26 kecamatan,” usul Galih. Terhadap usulan tersebut, walikota menyambut baik dan mengakui setiap kecamatan memiliki potensi seni dan budaya yang berbeda-beda dan harus dapat dihidupkan. Karena seni dan budaya Kota Bandung tidak akan hidup tanpa didukung seni dan budaya di tingkat kecamatan, kelurahan, RW dan RT. “Karena itu, mangga’, silahkan gunakan Pendopo, saya siap. Tapi jangan terlalu sering sampai semiinggu sekali. Mungkin bisa sebulan sekali saja, karena pertunjukan harus ada penontonnya dan sebelum dipentaskan harus diapresiasi dulu oleh para seniman. Karena tidak mustahil pagelaran ini bisa dijual ke wisatawan yang berkunjung ke Kota Bandung,” tandas Walikota. Kebanggaan memiliki walikota Dada Rosada disampaikan pula oleh Adin, Ketua Komite di sebuah SD di Kecamatan Regol. Disamping itu, ia berterima kasih karena walikota pada kesempatan tersebut telah memenuhi janjinya dengan memberikan bantuan peralatan kesenian bagi empat kecamatan di eks wilayah Karees. Namun ia menyayangkan siswa SD pada umumnya tidak mengetahui kawih-kawih pupuh Sunda, seperti Sinom, Dangdanggula, Magatru, dan lainnya (ada 17 pupuh). Dan ironisnya, guru pun tidak mengetahui padahal pengetahuan tersebut harus diajarkan kepada siswa sejak SD. “Karenanya, saya mohon perhatian Bapak Walikota agar anak-anak mendapat pelajaran tersebut di sekolah,” sarannya. Menanggapi hal tersebut, walikota berjanji akan membicarakannya dengan Kepala DInas Pendidikan. Seperti halnya pelajaran lingkungan hidup yang saat ini telah masuk sebagai muatan local di sekolah-sekolah. Sementara Ketua Dewan Sekolah Kota Bandung, Drs Dana Setia mengatakan, di UPI saja yang seharusnya belajar tentang pupuh, ternyata tidak diajarkan. Padahal mereka calon guru. Sebaliknya, di SMK 10 siswanya belajar tentang pupuh, tapi setelah lulus mereka untuk diangkat menjadi guru,” ungkap Dana. Walikota mengatakan, hasil Jasmara Seni Budaya ini akan dievaluasi dan dipresentasikan ke tingkat Provinsi Jawa Barat bahkan ke tingkat Pusat. Karenanya, ia meminta Dinas Pariwisata Kota Bandung untuk mencatat seluruh aspirasi yang masuk tersebut. (www.bandung.go.id)