News

Merajut Persatuan Lewat Dialog

Kecepatan teknologi informasi hari ini membuat masyarakat semakin dimudahkan dalam bertukar informasi. Siapapun dan kapanpun bisa mencurahkan isi pikiran melalu

Miftah Tuesday, 11 July 2017 17:24
Merajut Persatuan Lewat Dialog
Merajut Persatuan Lewat Dialog

Kecepatan teknologi informasi hari ini membuat masyarakat semakin dimudahkan dalam bertukar informasi. Siapapun dan kapanpun bisa mencurahkan isi pikiran melalui kanal-kanal di media sosial dan bisa dikonsumsi oleh siapa saja.

Sisi lain yang terjadi, media informasi hari ini banyak digunakan untuk menyebarkan isu-isu maupun paham-paham tertentu kepada masyarakat. Selaku pengguna aktif media, khususnya warga Bandung dengan pengguna Facebook mencapai 2,1 juta akun, warga menjadi mudah tergiring opini yang bisa jadi tidak bisa dipertanggungjawabkan validitasnya.

Dampaknya, banyak terjadi perbedaan pendapat yang kerap menimbulkan perpecahan di masyarakat. Hal ini tentu sangat tidak baik bagi keharmonisan dalam berbangsa dan bernegara.

Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil memandang ini sebagai sebuah permasalahan Indonesia hari ini. Menurutnya, hal ini tidak boleh dibiarkan. Harus ada instrumen yang membuat dinamika ini tidak terus berlarut-larut.

“Masalah kita hari ini adalah kecepatan arus infromasi lebih cepat ketimbang verifikasi. Posisi Indonesia hari ini juga tidak sebegitu bisa membentengi diri dari isu-isu global dan ideologi global. Maka dari itu harus dicarikan instrumen agar dinamika ini bisa dicari akar masalah dan solusinya,” ujarnya di Pendopo Kota Bandung, Selasa (11/7/2017).

Ridwan melihat bahwa salah satu akar masalah yang muncul sebagai dampak dari pesatnya pertumbuhan teknologi informasi adalah berkurangnya intensitas dialog. Maka dari itu, menumbuhkan budaya dialog menjadi salah satu solusi untuk meredam perang opini di media sosial.

Dibantu oleh tim dari Universitas Katolik Parahyangan, Ridwan beserta tim Prof. Bambang Suhartono, akan membentuk forum dialog bernama Nation Lab Forum. Forum ini akan mengundang para opinion leader dari berbagai elemen masyarakat untuk saling bertukar pikiran mengenai isu-isu terkini, baik isu lokal maupun nasional. Semua orang bisa hadir, mulai dari akademisi, professional, aktivis partai politik, aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat, dan komunitas masyarakat lainnya.

“Kita akan membuat tradisi intelektualitas di Bandung. Agar forum dialog ini punya kapasitas yang diterima semua pihak, kegiatan ini akan dipimpin oleh institusi perguruan tinggi, yaitu Unpar,” jelas Ridwan.

Kegiatan ini akan dilaksanakan satu bulan sekali di Auditorium Balai Kota Bandung. Telah ada beberapa pakar yang akan menginisiasi jalannya diskusi, seperti Prof. Dr. Sumanto Al Qurtuby dari King Fahd University Saudi Arabia, Prof. Dr. Syafii Maarif dari Maarif Institute Jakarta, Prof. Dr. Bambang Sugiharto dari Universitas Katolik Parahyangan, aktifis film Monique Rijkers dari Jakarta, hingga Yenny Wahid dari Wahid Institute Jakarta.

Ridwan menuturkan, hasil akhir dari Nation Lab Forum ini adalah hadirnya budaya dialog di Kota Bandung. Sehingga dalam jangka panjang, segala permasalahan tidak diselesaikan dengan adu opini di media sosial yang tidak berkesudahan, melainkan dengan dialog yang memunculkan solusi yang inovatif.

“Jadi, kepada siapapun yang merasa berbeda, mari kita rutinkan dialog. Tanpa dialog, tidak ada sebuah persamaan. Karena di setiap perbedaan pasti ada setitik persamaan, itu titik yang kita cari, bukan sebaliknya. Kalau sebaliknya, susah untuk melakukan banyak hal,” pungkas pria lulusan University of Berkeley California itu.