Ground Breaking Royal Panghegar. Rumah Susun Vertikal Solusi Kurangi Tekanan Kesediaan Lahan (RTH)

<!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman;

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:35
Ground Breaking Royal Panghegar. Rumah Susun Vertikal Solusi Kurangi Tekanan Kesediaan Lahan (RTH)
Ground Breaking Royal Panghegar. Rumah Susun Vertikal Solusi Kurangi Tekanan Kesediaan Lahan (RTH)

Pertumbuhan Kota Bandung sebagai kota jasa yang memiliki potensi ekonomi, secara factual masih harus memacu tingkat kecukupan kesediaan prasarana dan sarana infrastruktur yang dapat mewadahi aktifitas masyarakat serta jasa secara maksimal. Meski mungkin akan melahirkan kondisi paradoks, kesediaan lahan untuk bangunan baru yang cenderung berkurang. Perlu pengendalian pemanfaatan ruang terbuka baik sebagai ruang public maupun ruang terbuka hijau, juga pengendalian eksplorasi sumber-sumber air.

“Kita tidak dapat memungkiri, pada tiga tahun terakhir terdapat kecenderungan, kota Bandung telah menjadi salah satu hunian para pekerja komupter di ibukota Negara. -- Kota Bandung dipandang representatif sebagai kota konvensi atau kota pertemuan.,” kata Wali Kota Bandung, H. Dada Rosada, SH, MSi dalam acara Ground Breaking Apartemen Grand Royal Panghegar yang menyatu dengan Hotel Panghegar, di Jalan Merdeka Bandung, Sabtu (8/11/08). Dihadiri Gubernur Jawa Barat, H. Akhmad Heryawan SH. Apartemen yang berwawasan lingkungan ini, akan menyediakan 450 unit kamar hunian dan ruang pertemuan, dilengkapi fasilitas standar hotel berbintang,

Indikasi ini diperkuat dengan meningkatnya investasi di sector perumahan dan property serta banyaknya agenda konvensi yang diselenggarakan di Kota Bandung. Bahkan untuk kegiatan konvensi non kenegaraan, menjadi peluang besar yang kompetitif di kalangan  pelaku bisnis perhotelan, mengingat sampai saat ini, Kota Badung belum memiliki kantor convention hall yang memadai bagi gelaran konvensi dan ekshibisi bisnis. “Mudah-mudahan, keberadaan apatemen dan convention hall ini, akan menambah kekayaan infra struktur dan property berkualitas sehingga akan menunjang peran Kota Bandung sebagai kota jasa,” ungkapnya.

Ralita ini menurutnya, perlu disikapi sebagai peluang menjanjikan. Karena bisnis property tergolong cukup aman ditengah gejolak krisis keuangan global akhir-akhir ini. Terelebih kebutuhan hunian, masih cukup besar dan tidak dapat digantikan. “Akan tetatpi perlu disadari, dari luas lahan yang ada di Kota Bandung, sebanyak 80 % telah dibangun untuk berbagai fungsi kota, sehingga konsep pertumbuhan bangunan baru didorong pada pola pembangunan yang vertical yang ketinggiannya disesuaikan dengan kontur dan kemiringan lahan,” tuturnya.

Terobosan ini ditandaskannya, bukan hal mudah untuk diwujudkan, karena budaya masyarakat yang belum akrab terhadap pola hunian vertical. Namun dengan menjaring konsumen  klas menengah keatas, konsep hunian vertical dapat dijadikan salah satu solusi. Terlebih langkah ini dapat menekan tingkat lahan hunian,  yang bagi strata menengah keatas sekurang-kurangnya membutuhkan lahan luas 500 M2.

Untuk klas menengah kebawah, Kota Bandung merencanakan, harus membuka peluang bagi investasi infrastruktur jenis rumah susun (rusun),  baik rumah susun sederhana milik maupun sewa (rusunami/rusunawa). “Pemkot Badung harus lebih selektif atas permohonan investasi apartemen. Sebaliknya memberiukan prioritas pda ijin rusanami dan rusunawa. Pilihan ini semata-mata untuk memberikan kemudahan bagi klas menengah kebawah dalam memenuhi kebutuhan papan dengan harga terjangkau.

Data Dinas Kependudukan (Disduk) Kota Bandung, penduduk kota Bandung terregistrasi lebih kurang 2,4 juta jiwa. Sedangkan jumlah rumah sekira 460.000 rumah, termasuk diantaranya 32.000 rumah tergolong kumuh dan sangat kumuh. Namun Dada bersyukur, untuk yang sangat kumuh, telah dimulai dengan program rehabilitasi rumuh kumuh dari APBD dengan dana Rp. 5 juta/rumah.  Sampai 2007 telah terealisir sebanyak 1.120 dari target 1.000 rumah kumuh yang dibebankan. Tahun 2008 bertambah lagi sebanyak 250 rumah. Dirinya juga berharap, para pengusaha Bandung termasuk PT. Panghegar, dapat membantu rehabilitasi beberapa rumah kumuh di Tahun 2009.

Dada menyebutkan, lokasi rusunawa yang telah dibangun, diantaranya di Cingised, Jln Industri Dalam, Sadang Serang dan Sarijadi. Sedangkan rencana rusunami untuk menengah keatas, yaitu di Buahbatu, Kawaluyan, Jln Caringin (Komp Pasadena) yang siap diresmikan. Rusunawa remcananya akan dibangun di kawasan Tamansari, Jamika, Cicadas dan Kiaracondong.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Drs M Askary Wirantaatmaja, menuturkan, industri pariwisata Kota Bandung beberapa tahun terakhir, dikatakannya menunjukan peningkatan cukup baik, ditandai bertambahnya prasarana dan sarana kepariwisataan termasuk hotel. Kota Bandung disebutkannya, terdapat 252 hotel dengan 10.442 kamar. Jumlah ini akan terus dikembangkan hingga mencapai 13.317. Kota Bandung telah menjadi tempat menginap 38.406 wisatawan mancanegara (wisman) dan 457.901 wisatawan domestic. Sektor ini  berkontribusi terhadap PAD Kota Bandung Rp. 51,85 Milyar di Tahun 2007 dan menjadi Rp. 60,2 Milyar di tahun ini.

Gubernur Jabar mengharapkan, pertumbuhan industri pariwisata, dapat meningkatkan produk domestic bruto Jawa Barat dan Kota Bandung khususnya.  Di Jawa Barat, dikatakannya terdapat 1.196 hotel terdairi 155 hotel berbintang 1.41 hotel non bintang atau melati. Kota Bandung menempati uratan terbanyak.  Pembangunan industri pariwisata termasuk hotel didalamnya, dikatakannya, ditujukan untuk memberikan multiplayer effect atau dampak luas terhadap pertumbuhan pembagunan terutama kemandirian ekonomi Jawa Barat.   Disektor pariwisata ini, Disbudpar Jabar mencatat, amampu menyerap tenaga kerja 71.818 orang, khususnya hotel mampu menyerap 26.675 orang. Sehingga pembangunan Grand Panghegar, diharapkan, perlunya memperhatikan keberpihakan pemanfaatan tenaga kerja Kota Bandung. Jika kemudian urusan kualitas atau skill tidak terpenuhi, kalau terpaksa baru Jawa Barat  dan sekitarnya. Namun menurutnya, urusan tenaga kualitas dan skill ini, bisa disiasati melalui pelatihan-pelatihan.  (www.bandung.go.id)  

 

KEPALA BADAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

BULGAN ALAMIN