Berita

RUMAH SINGGAH PASIEN UNTUK PESERTA RAWAT JALAN KURANG MAMPU

Sebagai ibu kota provinsi, Kota Bandung adalah kota rujukan bagi 26 kota/kabupaten lain di Jawa Barat untuk urusan kesehatan. Kota Bandung dianggap memiliki fas

Miftah Selasa, 15 Agustus 2017 16:19
RUMAH SINGGAH PASIEN UNTUK PESERTA RAWAT JALAN KURANG MAMPU
RUMAH SINGGAH PASIEN UNTUK PESERTA RAWAT JALAN KURANG MAMPU

Sebagai ibu kota provinsi, Kota Bandung adalah kota rujukan bagi 26 kota/kabupaten lain di Jawa Barat untuk urusan kesehatan. Kota Bandung dianggap memiliki fasilitas kesehatan yang lebih lengkap dibandingkan daerah lain. Dampaknya, banyak warga dari luar daerah yang berobat ke rumah sakit-rumah sakit yang ada di Bandung dan sekitarnya.

Bagi masyarakat luar kota, salah satu kendala saat melakukan rawat jalan di rumah sakit adalah transportasi. Jarak yang jauh menyebabkan sebagian besar pasien, khususnya kalangan menengah ke bawah, merasa keberatan saat harus bolak-balik dari kota asal menuju Bandung.

Inisiatif Zakat Indonesia (IZI), sebuah lembaga pengelola zakat, menjawab permasalahan ini dengan solusi. Di Bandung, IZI membuka Rumah Singgah Pasien di Jalan Jurang No. 37 Bandung yang diresmikan langsung oleh Wakil Wali Kota Bandung Oded M. Danial, Selasa (15/8/2017).

Oded mengatakan, rumah singgah ini adalah sarana untuk menampung pasien-pasien rujukan dari luar kota, terutama bagi pasien BPJS yang tidak mampu. Rumah singgah ini, menurut Oded, akan sangat bermanfaat bagi warga luar kota yang berobat ke Bandung.

"Ini adalah program inisiatif yang luar biasa memberikan manfaat kepada masyarakat," ungkap Oded.

Rumah Singgah Pasien (RSP) dikelola oleh relawan - relawan IZI. Rumah berkapasitas 10 tempat tidur itu akan menjadi tempat transit sementara bagi pasien rawat jalan. Letaknya tidak jauh dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Hasan Sadikin Bandung. Dengan begitu, pasien memiliki akses yang mudah saat harus kembali menemui dokter di rumah sakit hari berikutnya.

Direktur Pendayagunaan IZI Nana Sudiana menuturkan, RSP akan berfungsi murni sebatas rumah transit. Rumah itu tidak memberikan layanan kesehatan maupun jasa rawat bagi pasien.

"Tujuannya agar tidak ada klaim kesehatan atau malpraktik. Makanya kami sediakan ambulans agar kalau ada apa-apa bisa segera kita larikan ke rumah sakit," jelas Nana.

Selain memiliki fasilitas ambulans, RSP juga memberikan makanan bagi pasien dan keluarga pengantarnya tiga kali sehari. Tak jarang, para relawan juga menghibur pasien dengan berbagai kegiatan, seperti memasak atau berjalan-jalan.

RSP di Bandung ini adalah satu dari enam RSP yang dimiliki oleh IZI. Kota-kota lainnya antara lain Jakarta, Yogyakarta, Semarang, dan Makassar. Di kota-kota tersebut, telah banyak pasien yang menerima manfaat RSP yang didanai dari zakat.

"Pasien yang datang ke rumah singgah ini biasanya yang punya penyakit jangka panjang, seperti kanker, atau penyakit jantung, yang harus bolak-balik ke rumah sakit," terang Nana. Bahkan, ada pula pasien yang menjadi pengguna RSP selama satu tahun.

Kendati begitu, RSP ini tidak digunakan sebagai tempat tinggal penuh untuk pasien selama berobat. Biasanya, pasien akan tinggal selama 3-4 hari selama masa perawatan. "Jika sudah selesai berobat, mereka pulang. Bulan depannya jika harus berobat lagi, baru mereka datang lagi," imbuh Nana.

Sejauh ini RSP Bandung baru bekerja sama dengan RSUP Hasan Sadikin. Warga kurang mampu yang membutuhkan layanan ini bisa menghubungi Humas RSUP Hasan Sadikin, menelepon lembaga Inisiatif Zakat Indonesia, atau datang langsung ke Jalan Jurang No. 37 Bandung.