Berita

PIK-POTADS KOTA BANDUNG GELAR ”WALK FOR THE DOWN” MENGENAL LEBIH DEKAT SEPUTAR "ANAK KEMBAR SEDUNIA"

Pada tahun 1866, Dr John Longdon Down meneliti anak dengan ciri-ciri yang tampak berbeda seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, buku jari ya

Miftah Kamis, 22 Maret 2018 17:23
PIK-POTADS KOTA BANDUNG GELAR ”WALK FOR THE DOWN” MENGENAL LEBIH DEKAT SEPUTAR "ANAK KEMBAR SEDUNIA"
PIK-POTADS KOTA BANDUNG GELAR ”WALK FOR THE DOWN” MENGENAL LEBIH DEKAT SEPUTAR "ANAK KEMBAR SEDUNIA"

Pada tahun 1866, Dr John Longdon Down meneliti anak dengan ciri-ciri yang tampak berbeda seperti tinggi badan yang relatif pendek, kepala mengecil, buku jari yang lebih pendek, hidung yang datar menyerupai orang Mongoloid maka sering juga dikenal dengan Mongolisme. Pada tahun 1970-an para ahli dari Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah Sindroma Down (Down Syndrome - DS) dan hingga kini kelainan ini dikenal dengan istilah yang sama.

Masyarakat pada umumnya melihat DS ini sebagai sebuah penyakit, namun berbeda dengan Ketua Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (PIK-POTADS) Kota Bandung, Rina Niawati yang beranggapan bahwa Down Syndrome ini merupakan kelainan yang bisa ditemukan pada semua anak sejak anak tersebut dilahirkan.

Hal tersebut Rina paparkan pada Konferensi Pers terkait Peringatan Hari Sindroma Down Dunia (HSDD) 2018 di Gigglebox Cafe Jalan Progo no 33 Kota Bandung, Kamis (22/3/2018).

"Down syndrome ini merupakan suatu kelainan, jadi kita sebut anak-anak ini sebagai penyandang, kami tidak sebut penderita karena ini bukan penyakit sehingga tidak bisa disembuhkan, sehingga sampai tua mereka akan tetap down syndrome," jelas Rina.

Anak Down Syndrome (ADS) memiliki jumlah kromosom tambahan pada kromosom ke 21 sehingga yang seharusnya berjumlah 2 berpasang-pasangan menjadi 3 buah.

Rina menjelaskan, hal tersebut selain membuat lebih lambat dalam memroses informasi, juga menyebabkan seluruh ADS di dunia memiliki ciri khas kemiripan wajah yang sama.

"Oleh karena itu kita sebut juga mereka anak kembar sedunia," ucap Rina.

Rina memastikan, ADS merupakan anak-anak yang sangat baik, bahkan kadang lebih baik daripada orang pada umumnya.

"Mereka cenderung sensitif, punya simpati tinggi, itulah kelebihan mereka. Misalkan ia melihat orang lain dimarahi, maka ia kadang bisa ikut menangis, hatinya sangat baik karena mereka menganggap semua orang sama seperti mereka," lanjut Rina.

Namun keunggulan ADS ini seringkali tidak disadari oleh orang terdekat mereka, bahkan orang tua mereka sering menelantarkan apabila mendapati anak mereka adalah ADS.

"Sebetulnya yang perlu di terapi adalah orang tuanya, untuk menumbuhkan semangat orang tuanya agar mau berbuat untuk ADS, karena yang paling penting adalah faktor orangtuanya, di sinilah PIK POTADS ada," papar Rina.

Pusat Informasi dan Kegiatan Persatuan Orangtua Anak dengan Down Syndrome (PIK POTADS) Kota Bandung, merupakan bagian dari POTADS Indonesia.  Lembaga ini secara rutin melakukan kegiatan peringatan Hari Sindroma Down Dunia (HSDD) setiap tahun. Tema besar tahun 2018 ini adalah 'Kesehatan dan Pendidikan Inklusi”.

Sejalan dengan tema tersebut maka PIK POTADS Bandung melaksanakan acara ”Walk for the Down” disertai dengan talkshow dengan beberapa narasumber dan pentas seni yang menampilkan ADS. Acara tersebut akan dilaksanakan di Area Parkir Barat Gedung Sate, Minggu (25/3/2018). Acara akan dihadiri oleh sekitar 600 ADS dari Kota Bandung dan sekitarnya, ditambah dengan para orangtua dan pemerhati ADS akan hadir yang diperkirakan mencapai 1500 orang.

Acara akan diawali dengan Jalan sehat yang akan diikuti seluruh peserta mengelilingi lapangan Gasibu, sementara talkshow dan pentas seni dilakukan di venue lapangan parkir barat Gedung Sate. Di area venue iuga akan dilakukan pemeriksaan mata dan konsultasi psikologi gratis, serta beberapa stand sekolah inklusi.

Rina menuturkan acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik akan ADS, sehingga ADS dapat menerima perlakuan yang seharusnya.

"Kami berharap bapak-ibu bisa hadir di acara hari Minggu, tujuannya untuk memperkenalkan apa itu down syndrome dan apa yang bisa mereka lakukan," pinta Rina.