Hiburan

Ini Dia Ngabuburit Keren Versi Milenial Kota Bandung

Menunggu waktu berbuka sepertinya bisa semakin keren jika bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Begitupun milenial Kota Bandung yang mengisi waktu ngabuburit dengan mengolah sampah.

Yan Rabu, 13 April 2022 21:52
img
img
img
img
img
img
Siaran Pers Diskominfo Kota Bandung 13 April 2022

Ngabuburit ke taman atau ke mal? Sepertinya sudah terlalu mainstream.

Menunggu waktu berbuka sepertinya bisa semakin keren jika bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

Salah satu yang bisa dicoba yaitu mengolah sampah. Di Kota Bandung, sampah masih menjadi masalah. Salah satu cara mengatasinya yaitu mengola menjadi sejumlah produk. 

Ada beragam cara mengolah sampah. Salah satunya, memanfaatkan sampah menjadi kompos.

Dilansir dari instagram Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, @dlh_kotabandung ada beberapa metode kompos. Di antaranya 

1 . Komposter karung. cocok untuk yang memiliki banyak sampah organik. Ukurannya berkisar antara 60-200 liter. 

Sampah yang dimansukan juga lebih baik dari hasil kebun, yaitu daun, ranting dan sebagainya.  

2. Komposter drum, ini paling populer dan cocok digunakan di lahan terbatas ataupun dalam ruangan. 

Komposter ini bisa menggunakan drum plastik yang dilubangi untuk mendapatkan sirkulasi udara. 

3. Komposter pot atau gerabah, memiliki sifat yang menghasilkan oksigen sehingga memberikan sirkulasi udara lebih baik dibandingkan memakai plastik. 

4. Biopori, merupakan metode kompos yang letaknya di dalam tanah. Biopori dibuat dengan menggunakan pipa paralon plastik dengan diameter 10cm yang dilibangi kecil kecil dan dimasukan secara vertikal ke dalam lubang tanah sedalam 1 meter. 

5. Lodong Sesa Dapur (Loseda), metode ini dibuat dengan pipa berlubang setinggi 30cm dan ditanam dalam ketinggian 30-40cm. Loseda ini sangat populer diterapkan di Kota Bandung. 

6. Takakura, komposter ini menggunakan kersnjang cucian bekas dilubangi dan dilapisi kardus kekas. Metode ini pertama kali dikenalkan oleh Toji Takakura di Surabaya. 

7. Eco Enzym, metode hasil dari fermentasi limbah dapur organik, seperti ampas buah dan sayuran, gula merah, atau gula tebu dan air. 

Hasil akhirnya, cairan berwarna kecoklatan dengan aroma asam segar yang bisa digunakan sebagai pembersih rumah, pupuk, insektisida dan sebagainya. 

So, tungu apalagi. Yuk kita berpartisipasi mengatasi masalah sampah di Kota Bandung. Minimal kita bisa memulainya dari tempat tinggal dan saat ini juga. (yan)**


Kepala Diskominfo Kota Bandung 


Yayan A. Brilayana