Sosialisasi PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)

Kepala Bappeda Drs.H.Tjetje Soebrata, SH, MM “Pemilihan Lokasi PLTSa Tidak Bermasalah” Permasalahan sampah di Kota Bandung muncul sejak terjadinya bencan

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:34
Sosialisasi PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)
Sosialisasi PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)

Kepala Bappeda Drs.H.Tjetje Soebrata, SH, MM
“Pemilihan Lokasi PLTSa Tidak Bermasalah”

Permasalahan sampah di Kota Bandung muncul sejak terjadinya bencana longsor di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Leuwigajah Kota Cimahi 21 Februari 21 Februari 2005. Sistem open damping atau dibiarkan ditumpuk yang digunakan di lokasi tersebut mengakibatkan musibah yang membawa korban jiwa. Selain itu timbul beberapa permasalahan sampah, diantaranya semakin menumpuknya sampah yang belum terangkut, sulitnya mencari lokasi pengganti di luar Kota Bandung dan munculnya penolakan warga pada rencana lokasi TPA pengganti.
Untuk TPA pengganti Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melakukan berbagai upaya, antara lain memperpanjang masa pakai TPA Jelekong di Kabupaten Bandung selama 6 bulan dan memanfaatkan kembali TPA Cicabe dan Pasir Impun di Kota Bandung.
Namun pengoperasian TPA-TPA tersebut masih juga menimbulkan masalah karena kapasitasnya tidak sebesar TPA Leuwigajah.
Pencarian lokasi TPA baru ke luar Kota Bandung telah dijajaki sejak Mei 2005. Wall Kota Bandung H.Dada Rosada, S.H, M.Si., meninjau beberapa lokasi, di antaranya Citatah-Cipatat, Babakan-Lembang, Pasir Buluh-Lembang, Legok Nangka/Citiis Nagreg, Pasir Bajing-Banyuresmi Kabupaten Garut. Ternyata TPA sementara dan TPA baru belum dapat disiapkan karena masih adanya penolakan warga masyarakat setempat. Kondisi tanpa TPA ini terjadi sejak 3 Januari dan sejak itu pula terjadi penumpukan sampan di hampir seluruh bagian Kota Bandung, dengan volume sampah sampai 26 Mei 2006 diperkirakan mencapai 307.500 m3 dan terus bertambah 7.500 m3 setiap hari.
Gubernur Jawa Barat H. Danny Setiawan yang meninjau ke beberapa tempat mendapatkan lahan di Cikubang tanah milik Kodam III Siliwangi seluas 2,5 Ha untuk pembuangan sampah untuk jangka waktu satu bulan sejak tanggal 25 Mei 2006. Selain itu lahan milik Perhutani di blok Gedig Desa Sarimukti Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung seluas 21,2 Ha yang dapat digunakan lebih lama.
Walaupun telah tersedia lahan sementara untuk pembuangan sampah, permasalahan kemudian muncul adalah keterbatasan armada pengangkut sampah. Saat itu PD.Kebersihan hanya mampu menyediakan 67 truk. Padahal dalam keadaan darurat dibutuhkan lebih dari 481 truk dan dalam keadaan normal dibutuhkan sekira 140 truk.
Mengingat hal-hal tersebut Pemerintah Kota Bandung menyimpulan, di Kota Bandung sudah tidak bisa lagi menggunakan sistem open dumping maupun sanitary landfill. Sebagai jawabannya adalah teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) atau Waste to Energy (WTE).

Penanganan Sampah Permanen

Menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung Drs.H.Tjetje Subrata, S.H, M.M., yang ditemui di ruang kerjanya mengatakan, PLTSa adalah solusi penanganan sampah permanen.Disebut permanen karena dengan teknologi PLTSa pengolahan-pengolahan sampah tidak akan menyisakan persoalan, seperti pada teknologi Sanitary Landfill menyisakan persoalan

fpltsa6.jpg

antara lain lindi dan gas methana, yang akan membahayakan manusia. Apalagi open dumping yang sudah out of date.
Pembakaran sampah pada teknologi PLTSa berjalan efektif dan aman bagi lingkungan. Suhu pembakaran dengan kekuataan 1300 derajat Celcius. Asap yang keluar dari pembakaran dikendalikan agar dapat sesuai dengan standar baku emisi gas buang. Panas yang dihasilkan dari pembakaran sampah sebanyak 500 ton per hari akan diubah menjadi enerji listrik sebesar 7 megawatt (MW) per hari.
Sisa proses pembakaran sampah berupa abu, yang volume atau beratnya diperkirakan hanya 5% atau 20 % dari volume atau berat sampah semula. Abu ini selanjutnya akan dimanfaatkan menjadi bahan bata atau bahan bangunan lainnya.

fpltsa7.jpg

Di negara-negara yang pernah dilihatnya, kata Tjetje Subrata, seperti Singapura, Syanghai Republik Rakyat China (RRC) yang sudah menggunakan teknologi ini, ternyata PLTSa nonpolutan. "Sehingga tidak harus dihawatirkan membahayakan masyarakat, Bahkan kondisi pabriknya juga bersih lebih dari yang kita bayangkan. Dan PLTSa bukan tempat pembuangan akhir, tetapi tempat pengolahan sampah menjadi energi listrik" katanya.
Lokasi PLTSa ditempatkan pada daerah pengembangan wilayah Timur Kota Bandung yaitu wilayah Gedebage. Lokasi ini luas wilayahnya terbangun masih relatif rendah dan tersedia lahan yang cukup untuk penempatan PLTSa. "Kebutuhan luas lahan diperkirakan 10 Ha, dengan tata guna lahan 3 Ha untuk penempatan bangunan dan mesin pabrik, sedangkan 7 Ha lainnya untuk zona penyangga atau green belt berupa taman, dan hutan kota," katanya.
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Kota Bandung, sebagaimana diubah dengan Perda No.3 tahun 2006, khususnya pasal 12 ayat 2, Kebijakan arah pembangunan tata ruang adalah mengarahkan dan memprioritaskan perkembangan ke Wilayah Bandung Timur, mengendalikan perkembangan ke Wilayah Bandung Timur, mengendalikan perkembangan di Wilayah Barat dan membatasi pembangunan di Wilayah Bandung Utara."Jadi kita memprioritaskan ke daerah timur, daerah barat kita kendalikan dan memperkuat pembangunan kearah utara. Sehingga kalau sekarang berbagai aktivitas diarahkan ke timur, sesuai dengan arahan tata ruang," kata Tjetje.
Di pasal 31 ayat 1 pusat primer sebagaimana dimaksud pasal 11 ayat 2 huruf a, meliputi pusat kota untuk wilayah Bandung Barat dan Gedebage untuk wilayah Bandung Timur. Oleh sebab itu kata Tjetje pula setelah lahirnya Perda tersebut, Kota Bandung yang tadinya menganut monocentris, sekarang berubah menganut duo centris.
"Kemudian bolehkah di timur dibuatkan seperti sarana olah raga atau tempat-tempat yang lainnya? Itu sangat memungkinkan," ujarnya pula. Berdasarkan ayat 3, pelayanan minimal pada Pusat Primer Gedebage sebagaimana pada ayat 1 pasal ini, adalah pendidikan, perguruan tinggi, perpustakaan, kesehatan, rumah sakit tipe B dan rumah sakit gawat darurat, masjid, tempat peribadatan lainnya, dinas sosial, gedung pertemuan umum, olah raga, rekreasi, pelayanan pemerintah, perbelanjaan, niaga dan transportasi.
Jadi ke Wilayah Timur ini sesuai dengan standar pelayanan minimal (SPM) di antaranya di dalamnya termasuk sarana olah raga dan pelayanan pemerintah. Pengelolaan sampah, juga merupakan bagian dari pelayanan masyarakat. Dari aspek pemilihan lokasi PLTSa di wilayah timur berdasarkan arahan tata ruang sangat tidak bermasalah," ucap Tjetje.
Terkait masih adanya penolakan warga, menurut Tjetje Subrata Pemerintah Kota Bandung terus berusaha meyakinkan agar PLTSa ini tidak harus dicurigai. Karena dari sejak awal Pemkot meminta ITB untuk melakukan kajian termasuk pelaksanaan amdalnya. Proses tersebut untuk meyakinkan dalam pengambilan keputusan untuk tetap menggunakan Waste to Energy.
Pemkot Bandung berharap kepada masyarakat untuk mendukung sepenuhnya, agar PLTSa yang dicita-citakan Pemerintah Kota Bandung dan warganya bisa segera terwujud. Jadi tidak harus ditakuti dan dicurigai karena Pemkot telah melakukan prosedur tetap, pengkajian dari aspek teknis, aspek financial dan aspek lingkungan, untuk meyakinkan bahwa PLTSa itu baik. Jadikanlah ini sebagai peluang menjadikan Kota Bandung sebagai kota yang bermartabat. Dalam hal ini sebuah Kota yang membanggakan, memiliki inisiatif, kecerdasan, menggunakan terobosan-terobosan teknologi yang mutakhir yang selama ini tidak pernah ada di Indonesia " harapnya.
Dan ternyata, lanjut dia PLTSa dianut oleh beberapa negara, tentu saja Kota Bandung sebagai kota teknologi dimana perguruan tinggi yang ada di Bandung termasuk ITB. Tentunya ingin juga sebagai pelopor penggunaan PLTSa di Indonesia, khususnya Kota Bandung.
"Walaupun di Kabupaten Bandung telah dimulai dengan peletakan batu pertama, tapi itu dalam skala kecil. Sedangkan kita dengan skala besar untuk sebuah kota . Mudah-mudahan pada 8 Januari 2008 bisa dilakukan peletakan batu pertama" katanya. (Dedi Rosadi)

 

back.gif