Peletakan Batu Pertama Monumen Gema Proklamasi atau Monumen Radio

Keberadaan monumen bagi sebuah kota, tidak saja berfungsi sebagai asesoris kota. Keberadaanya lebih sering dimaknai sebagai simbol sejarah dari suatu peristiwa

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:34
Peletakan Batu Pertama Monumen Gema Proklamasi atau Monumen Radio
Peletakan Batu Pertama Monumen Gema Proklamasi atau Monumen Radio

Keberadaan monumen bagi sebuah kota, tidak saja berfungsi sebagai asesoris kota. Keberadaanya lebih sering dimaknai sebagai simbol sejarah dari suatu peristiwa atau kebanggaan. Tujuannya untuk diketahui sekaligus diharapkan mampu mendorong semangat juang masyarakat dan lebih menyintai kotanya.

Di Kota Bandung sendiri, terdapat lebih limabelas monumen, diantaranya Monumen Bandung Lautan Api (BLA) di Tegallega, Monumen Perjuangan Jawa Barat (MPJB) di Bandung Utara, Patung Sepak Bola di Jalan Tamblong, Monumen Sister City di Jalan Wastukancana dan Jalan Merdeka, Dasa Sila Bandung di Asia Afrika Simpang Lima, Patung Penerbang Abdurrachman Saleh, Patung Ikan di Jalan Moh Ramdhan, Patung Tank Baja di Jalan Gatot Subroto.  Kini dalam memperingati 63 Tahun Kemerdekaan RI, bertambah lagi dengan dimulainya pembangunan monumen Gema Proklamasi atau Monumen Radio di Jalan Trunojoyo. Sebutan Kota Bandung pun bertambah, menjadi kota Gema Proklamasi.

”Dibangunnya monumen ini semoga akan menjadi bukti kesungguhan kita dalam menghargai pengorbanan para pahlawan, khususnya para pejuang radio dalam menegakkan NKRI,” kata Kandidat Calon Wali Kota Bandung terpilih 2008-2013, H dada Rosada SH, M.Si dalam acara peletakan batu pertama pembangunan monumen Gema Proklamasi atai Monumen Radio,  dilahan taman Jalan Trunojoyo Bandung, Minggu (24/08/08).

Hadir Dirut Lembaga Penyiaran Publik Radioa Republik Indonesia (LPPRRI), Parni Hadi, Plt Sekda Kota Bandung, Ir Drs H Taufik Rachman MH, Sejarahwan Rosihan Anwar, Ketua LVRI dan para penggagas, bersama secara simbolis melakukan peletakkan batu pertama. Sebelumnya diawali prosesi penyerahan tabun tanah dan air yang diambil dari 58 kota di Indonesia yang memiliki RRI, dari Dirut LPPRRI kepada Pj Wali Kota Bandung yang diwakili Plt Sekda.

Dikatakan Dada, monumen ini akan akan menjadi lambang pengikat persatuan dan kesatuan bangsa dan mendorong semangat generasi penerus dalam menjaga dan memelihara integritas NKRI, tercermin dari campuran tanah dan air yang berasal dari 58 kota se Indonesia yang memiliki  stasiun pemancar RRI.

”Siaran Proklamasi Kemerdekaan RI 63 tahun yang lalu melalui radio yang menembus dunia, adalah kenyataan sejarah yang menggambarkan peristiwa heroik atas dasar kesetiaan, kepatuhan dan komitmen para pejuang radio terhadap cita-cita luhur perjuangan bangsa. Bangsa Indonesia bisa meraih simpati dan dukungan bangsa-bangsa di berbagai belahan dunia, sekaligus menjadi dukungan moral untuk meneruskan perjuangan menegakkan harga diri sebuah bangsa yang bermartabat” ujarnya.

Pj Wali Kota Bandung dalam sambutan tertulis yang dibacakan Plt Sekda, mengemukakan, tidaklah berlebihan apabila warga Kota Bandung merasa berbangga hati, karena telah memberikan kontribusi dalam menyuarakan dan mensosialisasikan kemerdekaan Bangsa Indonesia ke dunia internasional.

”Monumen Radio, akan menjadi komponen taman yang bernilai estetis fungsional, taman yang tidak saja memberikan kesan indah tapi juga berfungsi sebagai media untuk mengenang jasa para pahlawan. Karena proses siaran teks proklamasi, tidak hanya dilakukan para insan radio tapi juga menggambarkan sinergitas antar komponen bangsa, melibatkan juga para pejuang lainnya dalam mengamankan stasiun RRI,” ujarnya.

Upaya menyebarluaskan proklamasi melalui radio, 17 Agustus 1945, Jam 10 pagi oleh Soekarno Hatta, sejarah mencatat, gagal dilakukan karena penuh resiko, ketegangan banyaknya penjagaan ketat serdadu Jepang dengan moncong senjatanya siap meletus merenggut nyawa setiap orang. Di Kota Bandung sendiri, baru setelah 9 jam, bersamaan dengan Radio jakarta, tepatnya Pukul 19 waktu Jawa, Sakti Alamsyah bersama pejuang lainnya secara bergantian membaca naskah proklamasi. Dipancarkan luaskan dengan pemancar gelombang pendek milik Jawatan Pos Telegraph dan Telepon (PTT) berkekuatan 10 Kilo Watt sehingga mampu menembus dunia. Sebelumnya para pejuang Radio Bandung berhasil mengambil alih studio dan pemancar Radio Bandung HOSOKYOKU di Jalan Tegallega dari tangan Jepang.

Selain sakti Alamsyah, pembaca naskah lainnya tercatat  RA Darja, Syam Amir yang sudah almarhum, serta Odas Somadilaga yang masih hidup sekarang, membacakan secara bergantian dan berulang-ulang dalam berbagai bahasa. Sedangkan di ruang operator, ada Hasyim dan Sofyan Djunaedi. Sementara di ruang kontrol siaga para pejuang, diantaranya Herman Gansasmita, Brotokusumo, Memet Sudiono, Sukaesih dan Abdul Razak, selebihnya berjaga-jaga diluar studio menjaga serangan tentara Jepang. Rencananya, monumen dibangun setinggi 8 X 6 Meter, berbentuk mirip tangan memegang mikropon, dilengkapi bendera, sedangkan pada dinding dasar monumen terdapat gambar rilief para pejuang radio pembaca naskah proklamasi.  (www.bandung.go.id)