Sosialisasi Bio Premium Oleh Menteri Negara LH dan Pertamina

Kondisi lingkungan udara Kota bandung berdasarkan hasil pengukuran, menunjukkan kadarhidrokarbon dan CO di beberapa lokasi telah melampaui baku mutu akibat peng

Sysadmin Saturday, 13 August 2016 09:31
Sosialisasi Bio Premium Oleh Menteri Negara LH dan Pertamina
Sosialisasi Bio Premium Oleh Menteri Negara LH dan Pertamina

Kondisi lingkungan udara Kota bandung berdasarkan hasil pengukuran, menunjukkan kadarhidrokarbon dan CO di beberapa lokasi telah melampaui baku mutu akibat penggunaan bahan baker minyak yang cukup tinggi. Kenyataan tersebut selain menimbulka risiko terhadap kualitas lingkungan hidup, secara ekonomi dapat menghamburkan devisa. Karena total kebutuhan BBM di Indonesia mencapai 215 juta liter perhari. Padahal kemampuan produksi dalam negeri hanya mencapai 178 liter. Demikian disampaikan Walikota Bandung H, Dada Rosada, SH. MSi dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Badan Pengeleola Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung, Ir Dedi Mulya, pada acara Sosialisasi Bio Ethanol dio Hotel Horizon, Jl Pelajar Pejuang, Kamis (7/9/06). Dihadiri Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Emisi Sumber Bergerak, Kementrian Lingkuan Hidup, Ridwan B Tamim. Selanjutnya dikatakan Dedi Mulya, Laju pertumbuan kendaraan bermotor di Kota Bandung tergolong pesat, sementara ruang gerak kendaraan sangat terbatas. Sehingga upaya untuk mewujukan udara bersih maupun programpengendalian udara gi langit biru merupakan suatu hambatan tersendiri. Sedangakan upaya yang dilakukakan melalui pemanfaatan tumbuh-tumbuhan pun akan menguras biaya lebih tinggi. Karena selain penanaman pohon harus memilik komposisi yang tepat, dimana pohon berfungsi mereduksi polusi dan meredam kebisingan, akibat pulosi yang terjadi saat ini pun mengakibatkan umur pohon menjadi pendek. Karenanya melalui sosialisai bio ethanol, walikota berharap akan mendapat respon positif dari pemilik kendaraan Sehungga kebijakan peningkatan kualitas alam dan lingkungan hidup di Kota Bandung benar-benar dapat terselenggara dengan baik Selain itu pula perlu mendaat dukungan dari para pihak penyelenggara perbengkelan. Karena bio ethanol memiliki keunggulan dari aspek biaya produksi. “ Sosialisasi bio ethanol ini dapat dijadikan metoda ekselerasi pembanguan lingkungan hidup. Hal ini kami pandang sangat tepat. Apalagi Pemerintah Kota Bandung telah mencanangkan Bandung Hijau 2006. Sehingga penggunaan bahan bakar alternanatif yang ramah lingkungan, akan menjadi stimulan penting terhadap kualitas alam Kota Bandung, Yang ingin meraih kembali kejayaan masa silam, yaitu sebagai Kota Kembang yang sejuk. Asisten Deputi Urusan Pengendalian Pencemaran Emisi Sumber Bergerak Kemetrian Lingkungan Hidup, Ridwan B Tamim, menurut Pertamina sejak bulan juli 2006 bahan bakar bensil telah dihapuskan timbalnya . Namun hal itu bukan serta merta bahwa semua bahan bakar benasin yang ada di kota kota itu langsung hilang. Karena memang memakan waktu cukup lama. “Dalam kontek inilah apabila timbalnya dihapus dari bensin, tentu mereka akan mencari gantinya . Untuk sementara mereka mengganti sesuatu yang lebih mahal, tetapi lebih peduli terhadap lingkungan, Ke depan lanjutnya untuk mengurangi ketrgantungan kepada minyak, maka telah keluar Inpres No. 1 Tahun 2006 dari Presiden, yang mengatakan bahwa kita akan menggunakan bahan bakar terbarukan yaitu bahan bakar engine nabati,”jelas Ridwan. Dalam kontek ini Pertamina, sebagai soko guru dalam perintisan bahan baker ini, juga mengambil porsi perannya. Yaitu dengan secara berlahan-lahan menggantikan minyak dalam mobil ini dengan ethanol secara bertahap Menurut Ridwan, pesertas yang ikut dalam road show yang sekarang adalah wakil-wakil dari industri otomotif baik dari sepeda motor dan mobil yang telah menggunakan bahan baker Pertamina tersebut dengan campuran 5 persen ethanol dan 95 persen premium. “Ini penting untuk disampaikan kepada masyarakat, bahwa itu adalah sesuatu yang mungkin. Dan ini adalah langkah yang progresif dan tidak membuat kita ketergantungan dengan minyak dunia atau minyak impor,”tambahnya. Arman Siswandi dari Pertamina pada kesempatan itu mengungkapkan , bahwa Pertamina telah menerapkan pemakaian ethanol itu sebagai bahan bakar. “Mulai tanggal 17 Maret 2006 lalu pemerintah mengijinkan bensin mengandung sampai 10 persen volume ethanol melalui SK Dirjen Migas No. 3674 K/24?DJM/2006,”kata Siswandi, seraya meyebutkan manfaat pemakaiaan bio ethanol adalah ramah lingkungan, bahan baker yang dapat diperbaharui, tidak perlu modifikasi mesin mau pun alat serta memperpanjang umur mesin kendaraan. Bahan bakar bio ethanol tersebut kata Ridwan, sudah mulai di pasarkan di salah satu SPBU di Malang sejak tanggal 13 Agustus lalu, omzetnya perhari sudah mencapai 12 ton atau 12 ribu liter per/hari.