Pemkot Bandung Percepat Revitalisasi Tujuh Sentra Industri dan Perdagangannya

Sentra industry dan perdagangan rajutan Binongjati, sentra perdagangan kain Cigondewah, sentra perdagangan jeans Cihampelas, sentra industri kaos Suci, Sentra

Sysadmin Saturday, 13 August 2016 09:37
Pemkot Bandung Percepat Revitalisasi Tujuh Sentra Industri dan Perdagangannya
Pemkot Bandung Percepat Revitalisasi Tujuh Sentra Industri dan Perdagangannya

Sentra industry dan perdagangan rajutan Binongjati, sentra perdagangan kain Cigondewah, sentra perdagangan jeans Cihampelas, sentra industri kaos Suci, Sentra industri sepatu Cibaduyut, sentra industri tahu & tempe Cibuntu dan sentra industri boneka Sukamulya Sukajadi Kota Bandung, merupakan aset cukup potensial. Keberadaannya diyakini bisa menunjang pertumbuhan perekonomian kota dan mengatasi persoalan ketenagakerjaan.

 

Sebagai kawasan  yang cukup lama dikenal masyarakat baik local, regional bahkan mungkin mancanegara, kawasan industri sekaligus kawasan wisata belanja ini harus memberikan kenyamanan. Tidak saja nyaman dari aspek infrastuktur jalannya, lahan parkir, drainage dan trotoir tapi juga kawasannya yang berwawasan lingkungan dan berwawasan K3 (tertib, bersih dan indah).

 

Hal ini mengemuka dalam evaluasi revitalisasi tujuh kawasan industri perdagangan Kota Bandung. Rapat dipimpin langsung Wali Kota Bandung, H. Dada Rosada, melibatkan pimpinan SKPD terkait dan koordinator pelaku usaha tujuh kawasan. Berlangsung di Pasir Madur, Ciparay Bandung, Senin (07/02).

 

Sejak revitalisasi dicanangkan Februari 2007 lalu (minus sentra boneka dan sentra tahu tempe), ungkap Dada, Pemkot Bandung membangunnya per leading sektor. Pencairan dana yang tidak berbarengan mengakibatkan ketidak paduan dalam pelaksanaannya. Seperti pembangunan jalan yang mendahului pekerjaan, ketika leading sektor lain baru memulai pekerjaan, jalan sudah rusak lagi. Hasilnya jadi tidak bareng. “Revitalisasi tidak jalan ditempat. Ada kemajuan tapi kemajuannya lambat. Ini harus kita percepat di 2011,” jelasnya.

 

Ke depan di 2011 dengan biaya yang lebih besar, Rp 3,5 milyar, Dada berharap, pembangunan penyelesaian pekerjaan drainage, trotoir dan jalan di Cibaduyut (sentra sepatu) bisa lebih nampak dan dirasakan ada hasilnya. Pemkot juga mengupayakan, sektor sektor yang menjadi sentra penataan dibawah koordinasi Dinas UKM Indag & Koperasi. Termasuk pemenuhan bantuan modal usaha melalui Bawaku Makmur.

 

“Bawaku Makmur walaupun kecil tapi membantu. Meski besar dananya, pemohonnya banyak ya dibagi banyak orang. Dari sentra boneka berapa orang, kebutuhannya dipenuhi semuanya, termasuk Cibaduyut yang dari awal tidak meminta bantuan modal, sekarang juga minta,” kata Dada.

 

Dada berharap, di 2012 penataan kawasan sentra industri perdagangan sudah bisa selesai. Bagaimanapun juga, tandasnya, dalam memecahkan masalah harus ada jadwal atau target waktu. Mudah-mudahan di APBD Murni 2012, kita bisa menganggarkan yang lebih besar lagi.

 

 

Pelaku usaha sentra sepatu Cibaduyut, Dadang Heru mewakili rekan-rekannya yang tergabung dalam rereongan pengrajin alas kaki, tas sareng sajabina (Repalts) menyatakan, berharap ada peningkatan kesejahteraan yang menjamin kehidupan pengusaha dan pengrajin di sentra Cibaduyut. Pemkot tidak saja membantu promosi, tapi legalitas khususnya proses perijinan dipermudah. “Kalau usaha kami maju, kontribusi kami tentunya bisa lancar membayar pajak,” ujarnya.

 

Repalts yang beranggotakan 80 pelaku usaha, imbuh Dadang, melakukan pemasaran produk melalui brosur dan internet. Peminat atau mitra usaha tidak perlu repot datang langsung. Barang diantar dan diterima ditempat pemesan. Persoalannya, anggotanya belum memiliki standarisasi ukuran. Cetakan sepatu masih menggunakan cetakan kayu, tidak seperti cetakan plastik yang tidak terkena susut. Ini kendala bagi kami. “Ada tiga yang harus diterapkan di Cibaduyut. Yaitu konsep pelatihan ketenaga kerjaan, bagaimana penggunaan bahan baku dan standarisasi ukuran. Desain model, internal kami bisa dikatakan cukup mahir,” ujarnya.

 

“Cibaduyut sekarang hanya tersisa 850 orang dari awalnya 5.000 orang. Banyak diantara kami beralih profesi. Salah satu penyebab, harga bahan baku tinggi sementara harga dipatok atau harus ditekan. Buat apa bikin sepatu kalau keuntungannya sedikit. Selebihnya pindah tempat tinggal terkena penataan,” ujarnya.