REKOR MURI MIE KOCOK BANDUNG

Ada yang berbeda dengan lapang Tegallega, Sabtu (23/4), mulai pukul 05.00 WIB, banyak ibu-ibu yang berdatangan dengan membawa peralatan memasak. Ternyata merek

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:37
REKOR MURI MIE KOCOK BANDUNG
REKOR MURI MIE KOCOK BANDUNG

Ada yang berbeda dengan lapang Tegallega, Sabtu (23/4), mulai pukul 05.00 WIB, banyak ibu-ibu yang berdatangan dengan membawa peralatan memasak. Ternyata mereka adalah ibu-ibu anggota Dharma Wanita dan gerakan PKK Kota Bandung, yang akan memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) untuk penyajian Mie Kocok.

 

Upaya pemecahan rekor dimulai dengan membunyikan sirine dan pemukulan wajan oleh Wali Kota Bandung, Dada Rosada, Ketua PKK Kota Bandung Ny. Nani Dada Rosada, Wakil Wali Kota Bandung Ayi Vivananda, Sekda Kota Bandung Edi Siswadi.

 

Akhirnya rekor  penyajian mie kocok dapat terpecahkan di lapang Tegallega. Setelah dihitung oleh MURI, penyajian mie Kocok oleh 1.200 orang tercatat menghasilkan 7.200 mangkok. Piagam rekor MURI pun diterima oleh Wali Kota Bandung, Ketua PKK dan Ketua Dharma Wanita Kota Bandung.

 

Wali Kota Bandung, pun mengucapkan syukur alhamdulilah atas terpecahkannya rekor MURI tersebut. “Syukur alhamdulillah rekor ini bisa terpecahkan dan terjadi di Kota Bandung, saya pun mengucapkan terima kasih kepada ibu-ibu PKK dan Dharma Wanita yang menjadikan rekor ini terpecahkan,” ujar Dada.

 

Dada pun mengharapkan agar kegiatan ini bukan hanya sekedar  untuk dicatat dalam rekor MURI, namun yang lebih penting adalah memelihara budaya gotong royong dan semangat kebersamaan, yang secara faktual merupakan modal sosial untuk menata kehidupan yang lebih baik lagi.

 

Mie kocok, menurut Dada merupakan salah satu makanan khas yang digemari banyak orang, dan bahkan tergolong makanan favorit, sehingga dijajakan di hampir setiap sudut kota dan menambah daya tarik wisata kuliner di Kota Bandung.

 

“Kondisi ini menyiratkan jenis makanan ini cukup potensial untuk menjadi mata pencaharian bagi sebagian warga, dengan pangsa pasar tidak saja penduduk Kota Bandung sendiri tetapi juga masyarakat dari daerah lain,” ujarnya.

 

Sangat disadari bahwa nilai ekonomi mie kocok cukup prospektif mengingat jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Bandung cenderung meningkat dari waktu ke waktu, dengan catatan bila usaha ini dikelola dengan memperhatikan aspek-aspek kebersihan dan kesehatan agar aman dikonsumsi, sehat dan menyehatkan.

 

“Jika pengelolaannya dilakukan lebih higienis, disajikan lebih menarik dan dijual dengan harga kompetitif pula, maka bukan hal tidak mungkin jika mie kocok akan menjadi salah satu primadona wisata kuliner, yang tentu saja akan berdampak positif terhadap perluasan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha sekaligus meningkatkan pendapatan warga,” pungkasnya. (www.bandung.go.id)