"MUSEUM MASUK MALL" DONGKRAK PENGUNJUNG MUSEUM BUDAYA

Pengunjung Museum Sri Baduga mengalami peningkatan sekitar 30 persen setiap tahunnya, kata staf Museum Sri Baduga, Iip Syarif Hidayat, Bandung, Jumat. Ditemui

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:38
"MUSEUM MASUK MALL" DONGKRAK PENGUNJUNG MUSEUM BUDAYA
"MUSEUM MASUK MALL" DONGKRAK PENGUNJUNG MUSEUM BUDAYA

Pengunjung Museum Sri Baduga mengalami peningkatan sekitar 30 persen setiap tahunnya, kata staf Museum Sri Baduga, Iip Syarif Hidayat, Bandung, Jumat.

Ditemui dalam kegiatan "Awi Goes to Mall" Pameran Kriya Awi Koleksi Museum Sri Baduga di Mal Bandung Indah Plaza (BIP), Bandung, Jumat, dia mengatakan, selama dua tahun terakhir ini, tercatat sebanyak 157 ribu pengunjung yang datang ke Museum Sri Baduga.

Menurut Iip, peningkatan tersebut semakin signifikan setelah Museum Sri Baduga menggelar pameran dengan konsep "Museum Goes to Mall" atau museum masuk mal.

"Kami ingin mengubah citra museum yang seringkali dianggap kuno, menyeramkan, dan membosankan. Salah satunya dengan menggelar museum masuk mal ini," kata Iip.

Museum masuk mal, lanjut Iip, merupakan salah satu upaya untuk menghilangkan citra dan konotasi negatif tentang museum tersebut dengan cara memadukan benda-benda koleksi museum dengan unsur yang lebih kekinian.


"Untuk itu kami bawa saja barang-barang koleksi di museum ke tempat-tempat yang ramai dikungjungi masyarakat," katanya.

Mal kemudian dipilih sebagai ruang publik yang tepat sebagai alternatif tempat pameran karena pengunjungnya yang sebagian besar adalah kalangan anak muda.

"Target kami memang semua umur, tapi target utama kami adalah generasi muda. Jadi, kami anggap mal adalah tempat yang paling tepat untuk membidik target tersebut," ujar Iip.
Iip menuturkan, dengan cara seperti ini pihaknya bisa terus melakukan peningkatan sosialisasi kunjungan museum dengan cara yang lebih menarik.

 "Kami juga ingin mengedukasi para pengunjung mal, ya setidaknya setelah melihat ini masyarakat jadi semakin tertarik untuk datang ke museum," kata Iip.

 Museum masuk mal kali ini memang bukan yang pertama. Sebelumnya, kata Iip, pameran dengan konsep serupa juga pernah digelar di beberapa mal di Bandung dan Jakarta.

Dari pengalaman tersebut, Iip menuturkan, sejauh ini antusias pengunjung di sejumlah mal tersebut dapat dikatakan cukup tinggi.

"Dibandingkan di pajang di museum, masyarakat cenderung lebih tertarik melihat benda koleksi yang dikemas di dalam mal. Padahal kan barangnya sama saja," kata Iip.

Hal tersebut diakui Firman, seorang pengunjung. Menurut Firman konsep seperti ini sangat menarik dan cukup efektif.

"Menarik ya, kalau bisa terus dilakukan setiap bulannya dengan tema yang berbeda-beda. Misalnya, sekarang kan temanya bambu, mungkin untuk bulan depan temanya tentang prasasti atau kerajaan," kata Firman.

Firman mengaku, kesan dari benda-benda museum yang menyeramkan dan membosankan akan hilang jika dipamerkan di mal. "Memang ke depannya kami akan terus menggelar pameran sejenis namun dengan tema yang berbeda. Mungkin saja berikutnya tentang rotan atau kayu," tutur Iip.

Untuk terus meningkatkan kuantitas dan kualitas museum, kata Iip, pihak Museum Sri Baduga akan terus melakukan revitalisasi untuk koleksi-koleksinya. (www.bandung.go.id)