LAUNCHING BUKU “BILA MAUT DATANG MENJEMPUT, ANTARKAN AKU SEBAGAI WARTAWAN”

         “Good news is bad news” merupakan sebuah semboyan para jurnalis yang universal, tetapi prinsip tersebut ditafsirkan wartawan senior sebaga

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:39
LAUNCHING BUKU “BILA MAUT DATANG MENJEMPUT, ANTARKAN AKU SEBAGAI WARTAWAN”
LAUNCHING BUKU “BILA MAUT DATANG MENJEMPUT, ANTARKAN AKU SEBAGAI WARTAWAN”

         “Good news is bad news” merupakan sebuah semboyan para jurnalis yang universal, tetapi prinsip tersebut ditafsirkan wartawan senior sebagai suatu bentuk kepedulian untuk mendorong perubahan. Pemberitaan yang buruk adalah sebagai bentuk kritik yang konstruktif dan merangsang penyelenggaraan negara untuk memperbaikinya. Karena, tugas seorang wartawan mengawasi proses pemenuhan hak-hak publik terutama yang luput dari perhatian aparat pengawas fungsional.

               Hal tersebut disampaikan oleh Walikota Bandung Dada Rosada pada acara  peluncuran buku “Bila Maut Datang Menjemput, Antarkan Aku Sebagai Wartawan”, di Pendopo Kota Bandung, Jl. Dalem Kaum No.56 Bandung, kamis (29/3) malam.

              Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan otobiografi dari wartawan senior yang tergabung dalam MAWAS (Majelis Wartawan Senior) Jawa Barat. Bagaimana suka dan duka mereka selama menjadi wartawan.

           Lebih lanjut dikatakan Wali Kota Bandung, banyak fenomena wartawan tanpa identitas seolah-olah menurunkan kredibilitas wartawan asli, bahkan kondisi ini cenderung meningkatkan daya juang wartawan tulen, terutama untuk membuktikan bahwa profesi ini selalu berpihak kepada kepentingan publik dan tidak bisa ditiru dalam waktu singkat. Apalagi kualitas wartawan diukur dari hasil tulisannya bukan tanda  pengenal atau identitas lainnya.

                 “sehingga kadang-kadang melahirkan istilah WTS atau wartawan tanpa surat kabar, wartawan tempo, tempo-tempo aya tempo-tempo teu terbit bahkan wartawan CNN atau wartawan can nulis-nulis,” jelas Dada.

                 Dada juga mengatakan wartawan adalah suatu profesi yang unik, karena tidak mensyaratkan  latar belakang pendidikan jurnalistik, tetapi menjadi seorang wartawan lebih dituntut untuk menggali informasi sedalam-dalamnya dengan resiko yang tinggi.

 “Seperti  juga dikatakan Kang H.Tatang RS pada halaman 281, tidak jarang profesi ini akan membawa  seorang wartawan ke penjara atau kehilangan nyawa mereka, dan banyak yang menganggap profesi seorang wartawan sepeti musuh oleh orang yang tidak berkenan atasa pemberitaanya. Sebaliknya wartawan juga merupakan suatu profesi yang banyak disenangi,dibutuhkan tetapi juga banyak yang menghindari bahkan seolah-olah ketakutan mendengarnya, tergantung kepada kepentingan, kedudukan, dan jabatan  para individu dalam masyarakat,” jelasnya.

                Resiko tersebut menurut Dada, justru oleh seorang wartawan dianggap sebagai sebuah tantangan, karena  misi yang lebih mulia yaitu mendidik bangsa dengan berita-berita yang objektif, konstrukti dan berorientasi pada perubahan. Tantangan ini yang di tempuh sebagian orang termasuk majelis wartawan senior (MAWAS) Jawa Barat.

                 Dada juga mengatakan bahwa dirinya mengenal dan bekerjasama dengan wartawan bukan hanya ketika sudah menjadi Walikota saja, jauh sebelumnya pun dirinya sudah terbiasa bekerjasama dengan wartawan. “Sehingga kalau banyak orang yang segan untuk bertemu dengan wartawan karena tulisannya, saya termasuk orang yang tidak begitu,” jelas Dada.

Wali Kota juga menilai buku kumpulan tulisan wartawan senior tersebut dapat menjadi bahan bagi wartawan muda untuk dapat mengambil pelajarannya.

                Dalam kesempatan itu, Ketua MAWAS Yusuf Supardi menyerahkan buku tersebut kepada Wali Kota Bandung, setelah terlebih dahulu di tandatangani oleh Wali Kota Bandung, Ketua DPRD Kota Cimahi, Sekda Kota Bandung, Sekda Kabupaten Bandung Barat, dan sejumlah tokoh Jawa Barat seperti Tjetje Hidayat Padmadinata, dan Herman Ibrahim. (www.bandung.go.id)