Peresmian Gedung Baru SMA 4 Bandung

Wali Kota Bandung Dada Rosada meresmikan Ruang Kelas Baru di SMAN (Sekolah Menengah Atas Negeri ) 4 Bandung, Kamis (31/1) di Jalan Gardujati No.20. Gedung y

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:40
Peresmian Gedung Baru  SMA 4 Bandung
Peresmian Gedung Baru SMA 4 Bandung

Wali Kota Bandung Dada Rosada meresmikan Ruang Kelas Baru di SMAN (Sekolah Menengah Atas Negeri ) 4 Bandung, Kamis (31/1) di Jalan Gardujati No.20. Gedung yang diresmikan terdiri dari 3 lantai dengan jumlah ruang kelas sebanyak 15 ruangan.

Setelah meresmikan, Dada pun melakukan pelepasan burung dengan didampingi oleh siswa-siswi SMAN 4 Bandung dan menanam pohon, kemudian dilanjutkan dengan peninjauan beberapa ruangan kelas baru. Bahkan Dada juga sempat mencoba bangku untuk belajar dan wastafel yang ada.

Setelah puas berkeliling melihat-lihat ruangan kelas baru, Dada mengatakan bahwa dalam membangun pendidikan dilakukan melalui dua hal yang cukup mendasar, yaitu kualitas proses belajar mengajar dan ketersediaan untuk proses belajar mengajar yang representatif.

“Selain proses belajar mengajar, tentu saja sarana prasarana atau infrastruktur pun harus yang representatif agar dapat membangun pendidikan,” ujar Dada.

Lebih lanjut dikatakannya, apa yang dilakukan oleh SMAN 4 Bandung saat ini, dengan membangun ruang kelas baru dan akan menambah lagi merupakan sebuah kebutuhan, karena untuk menambah daya tampung siswa atau karena bangunan yang ada sudah lama dan harus di bangun lagi.

“Sekarang pembangunan kelas baru ini dilakukan secara bertahap karena ternyata untuk menambah daya tampung atau yang lama musti di bangun lagi,” ucapnya.

Pendidikan menurutnya telah menjadi salah satu agenda utama dari tujuh agenda Priorotas Pembangunan Kota Bandung, karena dirinya menilai bahwa pendidikan merupakan fondasi untuk membangun masyarakat yang berkarakter, maju dan sejahtera.

Bahkan, ketika pertama kali agenda tersebut digulirkan, menurut Walikota Bandung, ada sebelas permasalahan  pendidikan yang muncul ketika diadakan kegiatan Jasmara (jaring aspirasi masyarakat). Ke-sebelas permasalahan tersebut adalah kesejahteraan dan status guru; anak yang tidak mampu; infrastruktur atau prasarana dan sarana sekolah yang terbatas; kurikulum; pendidikan yang mahal; harga buku yang berubah-ubah; rendahnya partisipasi masyarakat; dewan pendidikan dan komite sekolah belum berperan maksimal; kurangnya partisipasi dunia usaha; kelengkapan laboratorium dan perpustakaan belum memadai; serta manajemen sekolah yang belum optimal.

“Namun secara bertahap, berbagai masalah tersebut dapat diatasi dan kini penyelenggaraan pendidikan di Kota Bandung bisa bersaing dengan kota-kota lain,” pungkasnya. (www.bandung.go.id)