Gerakan Memutus Mata Rantai Penurunan Penyakit Thalassemia di Kota Bandung

Thalassemia merupakan kelainan darah yang sifatnya menurun (genetik), di mana penderitanya mengalami ketidakseimbangan dalam produksi hemoglobin (Hb). Hemog

Sysadmin Saturday, 13 August 2016 09:41
Gerakan Memutus Mata Rantai Penurunan Penyakit Thalassemia di Kota Bandung
Gerakan Memutus Mata Rantai Penurunan Penyakit Thalassemia di Kota Bandung

Thalassemia merupakan kelainan darah yang sifatnya menurun (genetik), di mana penderitanya mengalami ketidakseimbangan dalam produksi hemoglobin (Hb). Hemoglobin sendiri adalah komponen sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen, penderita Thalassemia tidak mampu memproduksi salah satu dari protein dalam jumlah yang cukup, sehingga sel darah merahnya tidak terbentuk dengan sempurna. rantai tak utuh membuat keping darah mudah pecah (sel darah merah berumur pendek), akibatnya hemoglobin tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah yang cukup, hal ini berujung dengan anemia atau kekurangan darah dimulai sejak usia anak-anak hingga sepanjang hidup penderitanya.

Penderita kelainan darah thalassemia terus membebani penderita dan keluarganya, tidak menutup kemungkinan jumlahnya akan terus bertambah apabila tidak cegah sedini mungkin, hal itu diperlukan kesadaran pencegahan yang dapat memutus mata rantai kelainan darah yang bersifat turunan (genetik) itu,.

Dikatakan Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Nani Suryani Rosada, “Sampai saat ini khusus di Kota Bandung ada sekitar 250 penderita thalassemia, usia harapan hidup orang dengan talasemia tak sepanjang orang lain, mayortias usia mereka dibawah 30 tahun, tapi ada satu orang di Kota Bandung yang bisa hidup lebih lama bisa sampai usia 33 tahun,” ujarnya.

Hal tersebut dikatakan motivator cegah thalassemia itu saat melakukan sosialisai Gerakan Memutus Mata Rantai Penurunan Penyakit Thalassemia Kota Bandung, bersama sekitar 500 Kader Penggerak PKK kelurahan se-kecamatan Bandung Kidul di Pasar Modern Batununggal Indah, Selasa (09/04/2013). Kegiatan kerjasama kader PKK dengan Yayasan Thalassemia Kota Bandung itu bertema “Melalui Gerakan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga kita cegah thalasemia sedini mungkin guna mewujudkan keluarga sehat sejahtera”.

Penderita talasemia, lanjut Nani, pada dasarnya tidak nampak kasat mata. Secara prestasi, mereka bisa sama dengan anak-anak sehat lainnya, “mereka sebetulnya sama dengan kita pintar dan cerdas, tapi karena sel darah merahnya cepat rusak mereka harus senantiasa dibantu suplai dari luar melalui transfusi, bila waktunya belum ditransfusi mereka merasa pusing dan lemas,” lanjutnya.

thalassemia diturunkan oleh orang tua yang pembawa sifat kepada anaknya, “Ini adalah penyakit keturunan dan sampai saat ini belum ada obatnya, Alhamdulillah para penderita ini tidak meyalahkan siapapun, bahkan mereka ikut juga dalam sosialisasi untuk mengajak semua masyarakat jangan sampai bernasib sama, mereka mengajak masyarakat melakukan screening untuk mengetahui apakah pembawa sifat atau bukan, yang sangat berbahaya apabila kedua pasangan itu pembawa sifat thalassemia maka otomatis keturunannyapun jadi penderita atau thalassemia mayor,” terang Nani.

Sampai sekarang, bantuan untuk penderita talasemia baru mendapat bantuan dari APBN. Ke depan, Nani berharap APBD Kota Bandung bisa memberikan bantuan agar penderita talasemia tidak ada sama sekali di Kota Bandung, “Alhamdulillah dari pemerintah dan dari yang lainnya sudah ada bantuan, kita selalu berdoa agar mereka bisa menikmati hidup lebih lama, dengan pola hidup sehat dan melakukan transfusi darah tepat waktu bisa hidup lebih lama, bahkan Alhamdulillah salah satu penderita thalasemia bisa sampai menikah dan anaknya pun sehat,” harapnya

Nani menilai kesadaran akan thalassemia di Kota Bandung terus meningkat, hal itu ditandai dengan semakin banyaknya generasi muda yang mau melakukan screening untuk menetahui apakah ia penderita thalassemia atau bukan, “sudah banyak dari mereka ikut melakukan screening, 42 SMA dan SMK Negeri dan beberapa perguruan tinggi yang ada di Kota Bandung juga mengikuti screening thalasemia ini, menyusul juga yang lainnya akan melakukan secara bertahap.”

Kesadaran itu, ditambahkan Nani harus terus disosialisasikan, jika memang pembawa sifat jangan sampai pacaran dan sampai meinikah dengan pembawa sifat, “kalau di Indonesia himbauannya lakukanlah screening sebelum menikah, di Kota Bandung sebaiknya melakukan sebelum pacaran, pertimbangannya jika sampai terlanjur maka sulit dan berat untuk berpisah,” pungkasnya. (www.bandung.go.id)