Pengarahan Orientasi Penyusunan RPJMD Kota Bandung Tahun 2014-2018

Kota Bandung memiliki peran penting dalam perekonomian jawa barat, laju pertumbuhan ekonomi kota Bandung tergolong tinggi, di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:42
Pengarahan Orientasi Penyusunan RPJMD Kota Bandung Tahun 2014-2018
Pengarahan Orientasi Penyusunan RPJMD Kota Bandung Tahun 2014-2018

Kota Bandung memiliki peran penting dalam perekonomian jawa barat, laju pertumbuhan ekonomi kota Bandung tergolong tinggi, di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi jawa barat, nasional, bahkan internasional. tingkat pertumbuhan ekonomi kota Bandung dari tahun 2008-2012 rata-rata sebesar 8,62%, sedangkan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,8%.

“Tahun ini laju pertumbuhan ekonomi Kota Bandung mencapai lebih dari 9%, laju pertumbuhan ini juara dunia, Eropa saja nol koma sekian, jadi apapun yang di jual di Bandung pasti laku.”

Hal tersebut diungkapkan Walikota Bandung, M Ridwan Kamil saat memberikan arahan dalam kegiatan orientasi penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Bandung tahun 2014 – 2018, di Auditorium Balai Kota Bandung, Jl. Wastukancana No. 2, Rabu (02/10/2013).

Lebih lanjut dikatakan Ridwan, “Saya punya visi bersama pak Wakil Wali Kota dalam lima tahun kedepan, ekonomi Kota Bandung haruslah ekonomi kerakyatan, artinya kita banyak padat karya.”

Ia mencontohkan apabila ada proyek besar maka harus dapat menggandeng pelaku ekonomi kecil, “Saya yakin ibu-ibu di kampung-kampung kumuh menunggu hasil pemerintah kota untuk merasakan kue pembangunan, contoh kecil untuk dinas pariwisata, kita punya konsep bed and breakfast di rumah warga yang bisa disewakan kamarnya sebagai hotel,” katanya.

Dalam visinya Ridwan menerangkan para wisatawan mempunyai pilihan untuk menginap di hotel berbintang atau menginap di rumah-rumah penduduk, sehingga wisatawan bias merasakan lokalitas dan keramahan warga bandung, serta makanan asli orang Bandung.

Ridwan melaporkan secara umum pembangunan manusia di Kota Bandung selama kurun waktu 2008-2012 terus mengalami peningkatan. peningkatan tersebut tidak dapat dilepaskan dari hasil kerja keras para unsur pemerintah, swasta, akademisi serta masyarakat. pada tahun 2008, IPM Kota Bandung adalah sebesar 78,33 dan secara perlahan naik mencapai 79,32 di tahun 2012.

Namun Ridwan mengatakan kendati menunjukan kenaikan pada angka IPM, secara kualitas peningkatan IPM harus lebih ditingkatkan lagi, ”Jika dilihat dari peringkat angka IPM kabupaten/kota secara nasional sebagaimana dipublish oleh laporan pembangunan manusia indonesia tahun 2011-2012, ditunjukan peringkat kota Bandung mengalami penurunan, hal ini disebabkan terjadinya titik jenuh pada beberapa indeks, terutama indeks pendidikan dan indeks kesehatan, dan daya beli.”

Dikatakannya dengan jumlah penduduk yang besar mencapai 2,6 juta jiwa di tahun 2012, mengalami berbagai permasalahan yang banyak dihadapi, “Pertama jumlah penduduk berkorelasi dengan jumlah sampah yang dihasilkan, keterbatasan lahan, juga angka kemiskinan yang relatif masih besar meskipun terus berhasil dikurangi, tahun 2008 tercatat warga miskin sebanyak 379.255 jiwa (15,97%), tahun 2012 angka kemiskinan mengalami penurunan menjadi sebanyak 360.578 jiwa (9,09%), namun demikian meskipun mengalami penurunan, kita harus menyadari bahwa angka warga miskin tersebut sangat besar dan perlu kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas untuk mengurangi angka kemiskinan.”

Terkait keterbatasan lahan Kota Bandung, Ridwan mengatakan Pemkot Bandung harus mempunyai strategi untuk menyiasati agar pembangunan tidak menghabiskan seluruh lahan kota bandung, “kuncinya hanya revitalisasi dan redevelopment, menghidupkan lagi bagian bagian kota yang jenuh, umur sebuah kota hidupnya sekitar 50 sampai 75 tahun, contohnya Jalan Braga yang mengalami kebingungan identitas, visinya art deco namun isinya bingung,” katanya.

Jalan Braga dahulu merupakan tempat berjalan-jalan, “Dahulu orang untuk berbelanja harus berjalan kaki dari toko ke toko, tapi seiring waktu orang berbelanja dikonsentrasikan di satu gedung, pindah ke mall, Braga adalah satu contoh satu ketika habis umur ekonominya dan kewajiban kita harus menyuntikan kembali roh nya, dalam RPJMD menurut saya kawasan Braga sebaiknya harus menjadi wisata kuliner,” pungkasnya.

Keterbatasan lahan, jumlah penduduk yang besar berakibat besar pula jumlah kendaraan pribadi yang menjadi penyebab kemacetan, “penyebab kemacetan itu multi dimensi, satu kedisiplinan harus dibereskan, dua adalah pola hidup, ketiganya adalah permasalahan kurangnya infrastruktur,” pungkas Ridwan.

(www.bandung.go.id)