Diseminasi Permasalahan HIV/AIDS Kota Bandung Peringkat Tertinggi Pengidap HIV/AIDS di Jawa Barat

Di Kota Bandung secara komulatif  dari tahun 1991 sampai Februari 2007 tercatat sebanyak 1.080 orang pengidap HIV-AIDS. Terdiri dari  605 orang pengidap HIV d

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:32
Diseminasi Permasalahan HIV/AIDS Kota Bandung Peringkat Tertinggi Pengidap HIV/AIDS di Jawa Barat
Diseminasi Permasalahan HIV/AIDS Kota Bandung Peringkat Tertinggi Pengidap HIV/AIDS di Jawa Barat

Di Kota Bandung secara komulatif  dari tahun 1991 sampai Februari 2007 tercatat sebanyak 1.080 orang pengidap HIV-AIDS. Terdiri dari  605 orang pengidap HIV dan 475 orang pengidap AIDS. Dari jumlah tersebut 68 %  para remaja berusia 20 sampai 29 tahun.

“Jumlah tersebut merupakan  peringkat tertinggi di Jawa Barat, sehingga Kota Bandung termasuk dalam 100 kota/kabupaten yang mendapat prioritas penanganan” tandas  Walikota Bandung H.Dada Rosada, SH, MSi,  dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kasubdin Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan (Diskes) Kota Bandung, dr. Rita Ferita, pada acara Diseminasi Permasalahan HIV/AIDS dan Kesehatan Remaja di Tingkat Kelurahan, Kamis (08/03/07) di Ruang Serbaguna Balaikota. Dihadiri peserta para lurah se Kota Bandung.

Penularan HIV/AIDS menurut  walikota, , 68 %   melalui jarum suntik tidak steril, yang digunakan secara bersamaan oleh para pengguna narkoba kaum muda, Selain itu kurangnya informasi dan pemahaman kaum muda terhadap kesehatan reproduksi dapat memperburuk situasi kasus. Karena dapat menjadi pintu masuk utama dan memiliki resiko untuk terinfeksi HIV/AIDS.

Kesehatan reproduksi menurutnya,  merupakan satu benang merah, dimana pada akhirnya resiko terinfeksi HIV akan lebih mudah terijadi, terutama ada usia remaja yang belum mengerti dan sadar akan kesehatan reproduksinya. Karenanya  informasi mengenai pencegahan, kesehatan reproduksi remaja dan pengobatan penularan  infeksi adalah hal yang mendesak, agar penularan laju epidemic dapat ditangani.

Dikatakan walikota,  prioritas penanganan HIV/AIDS mengarah  kepada kaum muda yang berusia antara 20 sampai 29 tahun. Upaya penaggulangan  yang komprehensif perlu dilakukan dengan melibatkan semua sector yang terkait. Diantaranya masyarakat yang diwakili kelompok-kelompok peduli AIDS. Sehingga kegiatan berjalan maksimal dan kasus dapat ditekan.

Kelompok ini menurut walikota, harus menjadi tokoh utama dalam teknis pelaksanaan upaya penanggulangan HIV/AIDS di wilayahnya masing-masing. Didukung institusi kesehatan masyarakat seperti Puskesmnas. Selain itu diperlukan komintmen dan peran aktif pimpinan kewilayahan sebagai pengambil keputusan dan pembuat kebijakan.

Di Kota Bandung saat ini sudah terbentuk kelompok Peduli AIDS di 5 kelurahan yaitu di  Kel. Babakan Sari, Antapani Kidul, Wates, Sekejati dan  Kel. Binong

Program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS berbasis masyarakat, menurut walikota merupakan isu penting yang harus segera dilaksanakan  dengan melibatkan keluarga, PKK, tokoh masyarakat, tokoh agama dan Karang Taruna. “Sehingga informasi mengenai HIV/AIDS tidak lagi menjadi milik dan dikuasai orang-orang pintar saja. melainkan sumber informasi utama ada di masyarakat umum” katanya.

Menurut Kasubdin P2PL , dr. Rita Ferita, penyakit HIV/AIDS  awalnya dari kelompok Homoseksual, namun akhir-akhir ini khususnya di Kota Bandung berkembang di kelompok pengguna  Napsa jarum suntik.

 Untuk penanganan dan penanggulangannya menurut Rita, Pemkot bekerjasaman dengan 12  LSM peduli AIDS yang ada di KotaBandung. Mulai dari sosialisasi, yaitu penyampaian informasi kepada para remaja melalui sekolah, dan kepada masyarakat melalui Puskesmas yang secara rutin menyelanggarakan rapat koordinasi di tingkat kelurahan maupun kecamatan.

Selain itu, menurut Rita, sudah dilaksanakan beberapa kegiatan, diantaranya, VCT yaitu Voluntary  Conselling dan Testing secara sukarela bagi para ODHA (orang dengan HIV-AIDS), membuka layanan klinik Infeksi Menular Seksual (IMS), pertukaran jarum suntik di 4 Puskesmas (Sarijadi, Garuda, Buahbatu dan Kopo) yang juga bekerjasama dengan LSM.

“Kegiatan ini secara rutin dilaksanakan setiap tahun. Meski hasilnya kami belum bisa menilai, tetapi kami akan terus  tingkatkan kegiatan-kegiatan untuk pencegahan HIV/AIDS ini,  minimal masyarakat luas mengetahaui apa sih bahayanya, dan  bagaimana pencegahannya” ujar Rita

Dikatakan Rita, untuk pelayanan kesehatan dasar kepada para ODHA, sudah bisa dilakukan di semua puskesmas,  tetapi  untuk visiti, baru di 12 Puskesmas, “ Insya Allah ke depan akan menambah jumlah Puskesmas yang melayani pemeriksaan-pemeriksaan lebih lanjut ODHA ini.” ujar Rita seraya menyebutkan 3 rumah sakit yang bisa malayani penderita HIV/AIDS, yaitu RSHS, RSUD Ujungberung dan RS Bungsu.