Untuk Bisa Bertahan dan Diburu Wisata Kuliner Kota Bandung Harus Dikemas Baik

  Kehidupan ekonomi Kota Bandung terus berkembang. Kini tidak lagi sekedar kota tujuan wisata  belanja bagi produk sandang dan kulit, tapi telah meluas pada s

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:35
Untuk Bisa Bertahan dan Diburu Wisata Kuliner Kota Bandung Harus Dikemas Baik
Untuk Bisa Bertahan dan Diburu Wisata Kuliner Kota Bandung Harus Dikemas Baik

 

Kehidupan ekonomi Kota Bandung terus berkembang. Kini tidak lagi sekedar kota tujuan wisata  belanja bagi produk sandang dan kulit, tapi telah meluas pada sektor makanan dan masakan. Keberadaannya sebagai tujuan wisata semakin mantap seiring menjamurnya kreasi dan kreatifitas kulinernya dengan sajian aneka masakan dan minuman khasnya. Persoalannya, sampai kapan kondisi ini berlanjut dan dapat bertahan.

"Ada kekhawatiran kondisi ini meredup dan nasibnya sama seperti yang dialami pengrajin sepatu Cibaduyut dan pedagang tekstil Cigondewah. Untuk bisa bertahan bahkan terus berkembang, wisata kuliner Kota Bandung harus dikemas baik," kata pengusaha rumah makan Sate Hadori, H Asep Hadori mewakili Komunitas Boga Bandung kepada Wali Kota Bandung, H Dada Rosada dalam acara silaturahmi dan dialog pengusaha kuliner tradisonal, di rumah makan khas Sunda Braga Café, Jalan Braga Bandung, Kamis malam (27/08/09).

Hadir dalam dialog Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jabar, H Herman Mokhtar, Ketua PHR Kota Bandung. H Momon Abdurrahman, Ketua Kadin Kota Bandung, Deden Hidayat dan sejumlah pejabat public.

Asep Hadori menuturkan, wisata kuliner Kota Bandung selama ini bukan dibangun pengusaha rumah makan dan restoran. Kuliner Kota Bandung lebih banyak dibangun pelaku usaha kecil pinggiran jalan yang notabene bermodal lemah. Perlu keterlibatan langsung peran pemerintah kota, tidak saja fasilitasi permodalan dan promosi tapi juga pelatihan, bahkan tidak kalah pentingnya peran pemandu wisata.

Bandung banyak disebut-sebut sebagai kota wisata kuliner, tapi dikatakan Asep Pemkot Bandung dalam hal ini Disbudpar tidak memiliki data potensi kulinernya. Tidak seperti panti pijat, hotel, café, rumah makan dan restoran serta tempat-tempat hiburan. "Data base ini setidaknya akan memudahkan Disbudpar dalam pembinaan. Kenapa tidak, karena saya melihat jika potensi wisata kuliner lebih diberdayakan, sangat berpotensi sebagai sumber pendapatan asli daerah," tuturnya.

"Saya melihat tidak sedikit rumah makan formal harus nyembah kepada yang tradisonal, Warung Emar di kawasan Cikapundung PLN, pengunjung yang makan dari Maghrib hingga Subuh, antri luar biasa seperti tidak ada habis-habisnya," imbuhnya.

Asep menyebutkan, selain Sate Hadori yang melegenda bahkan dikenal sampai luar negeri diantaranya Inggris dan Australia, setidaknya perlu di hak patentkan. Jangan sampai eneka jenis makanan dan masakan khas daerah juga diklaim pihak lain, seperti nasib tari pendet, reog ponorogo, wayang kulit dan batik.

Di Bandung dikatakan Asep, ada Nasi Timbel Halilintar, Rawon Setan, Bubur Ayam, perkedel bondon dan masih banyak potensi lain yang bias dikembangkan, diberdayakan dan dilindungi. "Dalam kerangka ini Pak Wali, kami dari berbagai jenis usaha kuliner dari yang baru lahir, belajar jalan dan tertatih tatih perlunya membentuk komunitas Boga Bandung sebagai tempat berkumpul, curhat dan saling berbagi, terutama kepentingan jaga kualitas dan kekhasan yang menonjol,".

"Kita mulai dagang dikelola sendiri dan tidak punya bapak asuh. Masak juga dimulai dari coba-coba, tapi Alhamdulillah babaledogan ge ngbeletuk. Dalam rangka pemberdayaan kedepan,  kami perlu pembinaan juga fasilitasi Pemerintah Kota Bandung khususnya penguatan permodalan. Kami juga sama dengan bidang pembangunan lainnya, ingin maju dan berkembang," pungkasnya.

Merespon hal ini, Wali Kota Bandung H Dada Rosada menyatakan, siap membantu sekaligus memfasilitasi. Terlebih dalam misi Kota Bandung khususnya pengembangan peronomian kota yang tangguh dan berkeadilan, terkait erat dengan peningkatan pendapatan masyarakat, menciptyakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha.

"Meski dananya belum tersedia, tapi jika Boga Bandung merencanakan kegiatan bazaar kuliner Ramadhan, kita bisa upayakan. Saya ingin bazar ini meledak karena sekali gagal diawal jangan harap akan sukses untuk event berikutnya," kata Dada yang tidak ingin upaya revitalisasi Braga, imagenya kurang baik karena pemanfaatannya yang kurang bagus. (www.bandung.go.id)