Pemkot Bandung Rencanakan Pengadaan Lahan Untuk Pertahankan Lahan Pertanian

Karakteristik geografis dan sediaan lahan pertanian Kota Bandung, meski tidak mungkin dilakukan pola tanam layaknya daerah agraris,  maka orientasi usaha tani,

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:33
Pemkot Bandung Rencanakan Pengadaan Lahan Untuk Pertahankan Lahan Pertanian
Pemkot Bandung Rencanakan Pengadaan Lahan Untuk Pertahankan Lahan Pertanian

Karakteristik geografis dan sediaan lahan pertanian Kota Bandung, meski tidak mungkin dilakukan pola tanam layaknya daerah agraris,  maka orientasi usaha tani, diarahkan pada pertanian berbasis teknologi dan pengolahan produk hasil pertanian atau agrobisnis. Atas fakta ini, Pemerintah Kota Bandung berupaya secara maksimal mempertahankan lahan pertanian di wilayah timur kota dengan komoditas pertanian yang memiliki produktifitas tinggi atau memiliki nilai ekonomi tinggi termasuk penanaman calon benih padi unggul. 

”Penangkaran benih padi yang dikembangkan kelompok tani jaya Makmur, saya memandang, sangatlah prospektif. Apalagi jika penerapan teknologi yang dihasilkan Litbang Departemen Pertanian dan perguruan tinggi, sangat mungkin kota Bandung mampu menjadi penghasil benih padi yang mampu bersaing dimasa depan,”, kata Wali Kota Bandung, H. Dada Rosada SH, MSi pada acara panen perdana penangkaran benih padi varitas ”Mira 1”, di lahan milik kelompok tani Jaya Makmur Kelurahan Cisurupan Kecamatan Cibiru Bandung, Kamis (01/11/07).

Acara dihadiri sejumlah anggota unsur Muspida,  DPRD,  pejabat publik dan sejumlah anggota kelompok tani termasuk petani ikan dan tanaman hias binaan Kontak Tani Nasional Andalan (KTNA) Kota Bandung.

Dalan kesempatan ini, wali kota menyerahkan bantuan 8 ekor bibit sapi potong kepada ketua Poktan Jaya Makmur, H Oo Sutisna. Selain itu, secara simbolis, diserahkan pula 100 ekor domba, tanaman hias Anggrek, mesin traktor dan sarana pengolahan ikan bandeng kepada perwakilan petani.

Sekalipun ketersediaan lahan pertanian luasan dan sebarannya terbatas, yakni  hanya mencapai 3.468 Ha dengan sistem irigasi setengah teknis kurang dari 50 %,  menurut wali kota, Kota Bandung memiliki peluang untuk menjadi penyedia benih berbagai komoditas pertanian, peternakan dan perikanan yang unggul. Terlebih jika 92 kelompok tani yang ada di Kota Bandung, tetap setia menjadi usaha tani meski beberapa diantaranya melakukan diversifikasi usaha tani dengan beberapa komoditas. ”Bagaimanapun juga jika potensi ini digeluti dengan tekun, akan mampu menopang kokohnya struktur perekonomian kota Bandung. Untuk mempertahankan areal pertanian sekaligus menambah ruang terbuka hijau, saya minta kepada Dinas Perumahan untuk menganggarkan dana pengadaan tanah sebagai garapan yang akan diserahkan kepada para petani,” janji walikota.

Wali kota mengajak seluruh kelompok tani termasuk KTNA, untuk melakukan koreksi atau perbaikan atas besaran kontribusi sektor pertanian terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), yang saat ini capaiannya bari sebesar 4,9 %, dengan meningkatkan produktifitas usaha tani, pengembangan teknologi pertanian dan membuka peluang agrobisnis yang lebih luas dan beragam melalui pembukaan kran investasi di bidang pengolahan hasil pertanian. Kontribusi sektor pertanian ini, jika dibanding  sektor jasa dan perdagangan yang mencapai 27 %, menurutnya, sektor ini masih sangat kecil.

”Tapi atas kesetiaan para petani, saya menilainya, sebagai kepahlawanan yang pantas dibanggakan, sehinga eksistensi sektor pertanian harus dipacu dan diperkuat oleh teknologi untuk menghasilkan komoditas yang berkualitas. Saya percaya dedikasi kelompok tani Kota Bandung, akan mampu memberikan solusi tepat terhadap problema pembangunan pertanian Kota Bandung termasuk penyuksesan gerakan peningkatan produksi beras dan swasembada daging,” kata wali kota.

Padi varitas Mira 1, dikatakan H OO Sutisna yang juga ketua KTNA Kota Bandung dan Jawa Barat, merupakan hasil rekayasa Batan yang kemudian dikembangkan Balai Penelitian Padi Sukamandi Subang dan PT Sanghyang Sri.  ”Keunggulan padi ini, usia panennya 120 hari, lebih cepat lima hari dari yang lainnya. Anakannya cukup bagus, tahan rebah karena pohonnya kuat, bulirnya diatas rata-rata. Selain rasanya pulen, untuk padi lokal, jenis ini tergolong yang paling tinggi produksinya saat ini.   Jika ditunjang dengan pengairan cukup, hasilnya bisa mencapai dauabelas ton perhektarnya,” tutur H Oo.

Jika setiap hektar sawah membutuhkan 25 kg benih, maka dengan produksi normal 12 ton/hektar yang ia tanam di lahan 3 Ha miliknya, hal ini menurutnya, sudah mampu memenuhi kebutuhan 480 Ha. ”Karenanya kita merencanakan, penangkaran ini akan terus dikembangkan. Sedangkan persoalan pemasaaran, selain bisa di jual langsung kepada para petani, PT. Sanghiyang Sri juga siap menampungnya, tapi tentunya harus mendapat legalitas dari balai sertifikasi benih,” ungkapnya. Seraya menambahkan, dengan upaya penangkaran oleh petani sendiri, akan menghemat keuangan petani untuk membeli benih, karena tidak sama jika membeli benih dari pabrik.

Terkait pengadaan benih untuk petani, H. Oo mengharapkan, pemerintah dapat memfasilitasi dengan membeli hasil penangkaran sebagai pengadaan benih untuk para petani. ”Jadi harapan kami, sebelum membeli keluar, manfaatkan dulu potensi yang ada,” harapnya. (www.bandung.go.id)