WORKSHOP PERANAN MEDIA DALAM KELOMPOK INFORMASI MASYARAKAT (KIM)

<?xml:namespace prefix = st1 ns = "urn:schemas-microsoft-com:office:smarttags" />Ada paradigma yang mengatakan bahwa komunikan itu bersifat pasif, sehingg

Sysadmin Sabtu, 13 Agustus 2016 09:34
WORKSHOP PERANAN MEDIA DALAM KELOMPOK INFORMASI MASYARAKAT (KIM)
WORKSHOP PERANAN MEDIA DALAM KELOMPOK INFORMASI MASYARAKAT (KIM)

Ada paradigma yang mengatakan bahwa komunikan itu bersifat pasif, sehingga dahulu pemerintah memandang masyarakat sebagai komunikan yang pasif, yang mau menerima begitu saja informasi yang diberikan oleh pemerintah. Tetapi sejalan dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman, hal itu sudah tidak berlaku lagi. Saat ini masyarakat sudah bisa memilih dan memilah informasi yang ingin mereka ketahui.

“Saat ini, masyarakat tidak bisa dipandang sebagai masyarakat yang pasif, yang tunduk dan nurut apa kata pemerintah. Sekarang kita harus memandang masyarakat sebagai masyarakat yang mempunyai kemampuan berpikir kemudian menyampaikan pikiran dan aspirasinya tersebut.” Ujar Dr. Udi Rusadi, MS. Direktur Kelembagaan Komunikasi Sosial Departemen Komunikasi dan Informasi. Pada acara pembukaan workshop peranan media dalam kelompok informasi dan masyarakat (KIM), jumat (7/12) di gedung Kwarcab Pramuka Kota bandung, Jl. LL. RE. Martadinata No. 57 Bandung. yang diikuti sekitar 50 orang peserta dari KIM dan Balai Informasi Kelurahan.

Menurut Dr. Udi Rusadi, MS. Masyarakat sekarang ini tidak bisa sebagai objek saja, tetapi harus sebagai mitra yang sejajar, dimana pemerintah bisa menyampaikan sesuatu kepada masyarakat begitu juga masyarakat bisa dengan bebas menyampaikan sesuatu kepada pemerintah.

“KIM ini merupakan kelompok yang dipandang cukup strategis, sehingga kita harus memberdayakannya, dimana KIM ini memiliki kemampuan untuk menyerap aspirasi dari berbagai sumber media massa seperti televisi, koran, majalah, internet dan yang lainnya. Kemudian mereka mampu mengelola dan meyampaikan kembali secara luas kepada masyarakat,” ucapnya.

“Dulu mungkin kita mengenal kelompok capir, menurut saya KIM dan kelompok capir ini secara umum fungsi sosialnya sama, yaitu bagaimana mendengarkan informasi dari berbagai sumber dan mendiskusikan kemudian meyebarkannya pada yang lain. Hanya pada proses perkembangannya yang berbeda, dahulu pemerintah lebih mendominasi dan menonjol, bahkan kemudian kelompok capir ini dijadikan instrumen politik, tetapi sekarang ini tumbuh murni dari bawah, pemerintah hanya memfasilitasi perkembangannya.” Jelasnya.

Senada dengan Dr. Udi Rusadi, MS. Kepala Dinas dan Informasi Kota Bandung, drg. Bulgan Alamin dalam sambutannya mengatakan, bahwa nantinya Pemerintah Kota Bandung hanya ingin memfasilitasi aktivitas atau kegiatan KIM ini, sampai saat ini perkembangan KIM di Kota Bandung berjumlah sekitar 35 kelompok dan aktivitasnya berjalan dengan baik.

“Saya berpesan kepada anggota KIM agar mampu memilih dan memilah informasi, apalagi dengan perkembangan teknologi informasi yang makin maju ini, sehingga dapat memknai informasi tersebut dibutuhkan atau tidak,” ujarnya.

Lebih lanjut drg. Bulgan Alamin, juga berpesan kepada peserta workshop agar dapat berguna dan memanfaatkan pengetahuan yang didapat dari pelatihan ini, dalam kehidupan sehari-harinya. (www.bandung.go.id)