BANDUNG MENJAWAB: LANGKAH KONGKRIT TPID KOTA BANDUNG MENDAPAT RESPON POSITIF

Kenaikan nilai tukar dollar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah menjadi salah satu hal yang mempengaruhi terjadinya kenaikan inflasi di Kota Bandung. Hal ters

Miftah Sabtu, 13 Agustus 2016 09:45
BANDUNG MENJAWAB: LANGKAH KONGKRIT TPID KOTA BANDUNG MENDAPAT RESPON POSITIF
BANDUNG MENJAWAB: LANGKAH KONGKRIT TPID KOTA BANDUNG MENDAPAT RESPON POSITIF

Kenaikan nilai tukar dollar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah menjadi salah satu hal yang mempengaruhi terjadinya kenaikan inflasi di Kota Bandung. Hal tersebut dikatakan kepala Bagian Perekonomian Pemkot Bandung sekaligus Tim Pengendalian Inflasi Daerah Kota Bandung Lusi Lesminingwati saat Bandung Menjawab di Ruang Media Balaikota, Kamis (27/8/2015).
“Kenaikan dollar sangat mempengaruhi, bahasa ekonominya itu administratif price, itu ga bisa ditolak pasti menaikan inflasi,” Ujar Lusi.
Lusi menjelaskan pada saat harga naik secara kontinyu hal itu bisa dikategorikan inflasi. Ada dua hal lain yang menyumbang terjadinya inflasi, ketika permintaan tinggi tapi distribusi tidak terpenuhi, seperti misalnya harga BBM naik, atau ditribusi terkendala dan spekulasi masyarakat.
Terkait kinerja inflasi, Kota Bandung masih berada di atas rata-rata Jawa Barat. Dari 7 Kota di Jawa Barat Bandung masih ketiga tertinggi dari 4 kota lainnya. Hal tersebut terjadi karena tingkat konsumsi di Kota Bandung masih tinggi. Meskipun begitu TPID Kota Bandung terus berupaya mengendalikan inflasi dengan cara berkoodinasi lintas sektor dan lintas wilayah se Bandung Raya.
Sementara itu diwaktu yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Elly Wasliah menjelaskan Ketahanan pangan dan ketersediaan stok dan harga akhir akhir ini melejit, dan berkontribusi menyumbang inflasi di Kota Bandung, hal itu datang dari dua komoditas yang mendapat sorotan utama, yaitu daging sapi dan ayam potong.
Lebih lanjut diungkapkan Elly setelah dua minggu usaha bergulirnya perdaganan daging sapi di pasar tradisional, harga daging sapi masih terbilang tinggi belum ke titik normal masih di kisaran 120 ribu perkilo.
“Harga daging sapi masih terbilang tinggi, tapi ada kabar gembira tidak lama lagi Insya Allah harga daging sapi akan turun di bawah 100 ribu perkilo,” Ujar Elly.
Dikemukakan Elly, kemungkinan turunnya harga daging sapi sehubungan telah diadakan rapat oleh bapak menteri pertanian dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) terjadi dua kesepakatan tentang kuota daging sapi impor yang ditingkatkan kembali menjadi 200-300 ekor kuota impor di triwulan tiga.
Pemerintah juga mensepakati harga bobot hidup kilogram menjadi 38 ribu perkilo, Yang sebelumnya 42 ribu perkilo. Sementara itu di Kota Bandung untuk pasokan daging sapi masih tergolong normal hal tersebut ditandai di Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Bandung yang tiap harinya memotong 100 ekor perhari.
Adapun untuk ayam potong ada kabar baik juga dari para produsen ayam potong dari priangan timur. “Ada kabar baik pekan depan akan panen dan harga daging ayam akan turun mudah-mudahan ada dikisaran 30 ribu sampai 32 ribu perkilo,” Jelasnya.
Elly berharap hal tersebut akan meningkatkan pasokan ke kota Bandung dan stok ayam potong di Bandung sehingga kebutuhan akan terpenuhi.
Langkah kongkrit yang digelar TPID Kota Bandung dengan dinas terkait dalam hal ini operas pasar baik daging sapi ataupun daging ayam beberapa waktu lalu sangat direspon positif oleh masyarakat Kota Bandung.